Wakil Menteri BUMN I Pahala Mansury menuturkan bahwa LG Energy Solution telah menyampaikan kembali komposisi anggota konsorsium anyar mereka yang akan melanjutkan kerja sama penghiliran baterai kendaraan listrik dalam usaha patungan dengan Indonesia Battery Corporation (IBC) tahun ini.
Pahala mengatakan, kementeriannya telah menerima kepastian komposisi anggota konsorsium tersebut setelah sempat mundur dari tenggat yang diminta pemerintah.
“Mereka sudah datang dengan konsep konsorsium,” kata Pahala kepada Bisnis, Kamis (6/4/2023).
Kendati demikian, Pahala menambahkan, kementeriannya bersama dengan LG masih melakukan pembahasan lanjutan berkaitan dengan rencana investasi pada ekosistem baterai kendaraan listrik yang bakal terintegrasi di sisi hulu tambang hingga hilir.
“Saat ini sedang melakukan pembahasan lanjutan,” kata dia.
Seperti diberitakan sebelumnya, Direktur Utama PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) Nico Kanter mengatakan, manuver LG yang belakangan mengubah komposisi anggota konsorsiumnya itu disebabkan karena implementasi Undang-Undang (UU) Penurunan Inflasi atau Inflation Reduction Act (IRA) yang diterbitkan pemerintah Amerika Serikat pertengahan tahun lalu.
IRA mendiskreditkan produksi baterai dari negara mitra yang belum memiliki perjanjian perdagangan bebas dengan Amerika Serikat. Selain itu, IRA juga ikut menilai negatif produksi baterai yang didominasi investasinya dari perusahaan China di sisi hulu hingga pengolahan bijih nikel.
“Maunya ada diversifikasi ya, mitra kita tidak semua China, kan dengan Amerika Serikat memberlakukan Inflation Reduction Act (IRA) yang perusahaan China itu ada pembatasan lah ya,” kata Nico saat ditemui di Jakarta, Rabu (5/4/2023) malam.
Situasi itu, kata Nico, membuat IBC bersama dengan pemerintah belum mendapat kepastian lanjutan dari transaksi konsorsium LG di usaha patungan baterai setrum yang telah menandatangani kesepakatan kerja sama atau head of agreement (HoA) awal 2021 lalu.
“Konsorsium anggotannya dan komposisinya, masih ingin dimatangkan lagi karena mitranya dia ada China, jadi bukan China itu tidak boleh, buktinya kita dengan China di CBL tapi kami mau diversifikasi dan variasi,” kata dia.
Sebelumnya, LG disebutkan tidak tertarik untuk berinvestasi lebih lanjut hingga tingkat pabrikan baterai listrik seperti yang ditawarkan dalam perjanjian usaha patungan tersebut. Bahkan, LG menyerahkan negosiasi kepada rekanan konsorsium mereka Huayou Holding.
“Kami dapat informasi dari Aneka Tambang [Antam] bahwa LG itu masih belum jelas statusnya, tapi LG mendorong anggota konsorsiumnya Huayou untuk melanjutkan diskusi dan negosiasi,” kata Direktur Utama MIND ID Hendi Prio Santoso saat rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VII, Senin (6/2/2023).
Konsorsium LG lewat HoA yang ditandatangani pada awal 2021 lalu menggandeng beberapa rekanan produsen dan manufaktur yang mayoritas berbasis di Korea Selatan, seperti LG Energy Solution, LG Chem, LG Internasional, dan Posco, sementara satu mitra mereka berasal dari China, yakni Huayou Holding.
Saat itu, Konsorsium LG berkomitmen untuk berinvestasi sekitar US$8 miliar atau setara dengan Rp122,79 triliun pada penghiliran bijih nikel menjadi baterai listrik lewat Proyek Titan.
Sumber Bisnis, edit koranbumn