PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) menjelaskan penyebab mandeknya penyampaian laporan keuangan tahun 2022. Dalam laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), KRAS mencatatkan pendapatan sebesar US$ 2,24 miliar atau setara Rp 34,90 triliun. Hasil ini meningkat 5,8% dari pendapatan perseroan di 2021 sebesar US$ 2,12 miliar atau setara dengan Rp 30,22 triliun.
Sepanjang 2022, KRAS terus berupaya menjaga kinerja bisnisnya yang ditunjukkan dengan capaian laba bruto sebesar US$ 202,47 juta atau setara dengan Rp 3,16 triliun serta EBITDA positif US$ 108,72 juta atau setara dengan Rp 1,69 triliun. “Di tahun 2022 pun Krakatau Steel mencatatkan laba bersih sebesar US$ 22,64 juta atau setara dengan Rp353,07 miliar, sehingga tiga tahun berturut-turut perusahaan berhasil mempertahankan pencatatan laba,” jelas Direktur Utama Krakatau Steel Purwono Widodo dalam keterbukaan informasi di BEI, Rabu (28/6).
Selain itu, pada tahun 2022 KRAS juga telah berhasil melunasi utang Commerzbank sebesar US$ 216 juta atau setara dengan Rp 3,3 triliun. Hingga saat ini, KRAS telah membayar utang senilai US$ 718 juta atau setara dengan Rp 10,9 triliun dari total pokok utang sebesar US$ 2,2 miliar atau setara dengan Rp 33,6 triliun.
Purwono juga menyampaikan bahwa sepanjang tahun 2022 KRAS mampu menjaga arus kas positif yang diperoleh dari aktivitas operasi sebesar US$ 306,58 juta atau setara Rp 4,78 triliun pada 2022 atau naik sebesar 2 kali dari US$ 119,89 juta atau setara dengan Rp 1,71 triliun dibandingkan dengan periode yang sama di 2021.
Berdasarkan hasil audit dari KAP Tanudiredja, Wibisana, Rintis & Rekan (PricewaterhouseCoopers), secara keseluruhan laporan keuangan KRAS telah disajikan secara wajar dalam semua hal yang material. Posisi keuangan KRAS per 31 Desember 2022 serta kinerja keuangan dan arus kas yang berakhir pada tanggal tersebut sudah sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.
Terkait Laporan Keuangan Tahun Buku 2022 tersebut, Purwono menjelaskan bahwa proses penyelesaian Audit Laporan Keuangan Tahun Buku 2022 mengalami keterlambatan akibat dari adanya insiden kebakaran pada fasilitas Hot Strip Mill (HSM). Insiden ini dapat mempengaruhi kemungkinan laba kena pajak terhadap kinerja di 2023, sehingga manajemen memilih untuk memulihkan sebagian aset pajak tangguhan di tahun 2022 yang kemudian berpengaruh kepada kinerja 2022.
Asal tahu saja, insiden HSM diperkirakan akan berpengaruh terhadap operasional perseroan untuk 6 – 7 bulan ke depan. “Menyikapi hal tersebut manajemen menyiapkan langkah-langkah antara lain segera melakukan perbaikan pabrik, melakukan program efisiensi, meningkatkan penagihan, melakukan penjadwalan pembayaran kepada beberapa suplier, maupun melakukan kerja sama dengan sesama pabrik baja untuk mengalirkan ketersediaan bahan baku,” jelas Purwono.
Lebih lanjut, Purwono menyebutkan bahwa KRAS juga tetap berusaha memenuhi komitmen penyelesaian utang sesuai perjanjian restrukturisasi yang ada sekaligus segera memulai proses restrukturisasi lanjutan dengan para kreditur. Sebagai upaya peningkatan kinerja, bisnis KRAS sebagai Holding saat ini tidak hanya bergantung pada core industri baja saja. KRAS juga memiliki bisnis pengembangan kawasan industri, kepelabuhan, logistik, energi, maupun pengelolaan air industri.
“Seluruh kontribusi Subholding dari Krakatau Steel dan Group tersebut dapat menjadi sebuah dorongan dan dukungan untuk kinerja Krakatau Steel yang lebih baik lagi terutama untuk kinerja pada tahun 2023,” pungkas Purwono.
Sumber keuangannews.id edit koranbumn