Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BRI) Sunarso mengatakan posisi likuiditas perseroan terjaga baik di tengah suku bunga acuan 6% dan tingginya inflasi global.
Dirinya menyebut sinyal positif ini tercermin dari pertumbuhan dana pihak ketiga dan penyaluran kredit terhadap total dana yang diterima alias loan to deposit ratio (LDR) yang lebih baik dibanding industri.
“Jadi, jika industri itu mampu menumbuhkan DPK sebesar 6,24%, sementara BRI mampu 13,21%. Kemudian loan to deposit ratio BRI masih berada di level 87,76% angka ini di bawah LDR industri yaitu 88,51%. Artinya likuiditas BRI masih longgar,” ujarnya dalam sesi paparan kuartal III/2023.
Tercatat, berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) posisi Agustus 2023 Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh sebesar 6,24%, di mana angka ini melambat dari Agustus 2022 yang sebesar 7,77%.
Sementara, dari sisi penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK), BRI mencatatkan total DPK sebesar Rp1.290,29 triliun atau tumbuh 13,21% yoy.
Penopang utama DPK BRI masih bersumber dari dana murah (current account saving account/CASA) dengan porsi mencapai 63,64% atau sebesar Rp821,14 triliun. Pertumbuhan tertinggi berasal dari Giro BRI yang tumbuh sebesar 28,12% yoy
Meski begitu, Sunarso menyebut pihaknya tetap waspada, apabila ke depan terjadi pengetatan likuiditas di tengah regulator yang gencar berupaya menjaga nilai tukar dan mengatasi inflasi global.
Adapun, dalam kondisi tersebut, bank pelat merah itu pun masih berkomitmen untuk mengejar target pertumbuhan kredit sesuai corporate guidance, yakni 10%-12% pada akhir tahun ini.
Hal ini seiring dengan ruang likuiditas bank yang masih mumpuni. Di mana, selain rasio LDR, rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) BRI pun sebesar 27,48% atau jauh di atas ketentuan regulator.
Menurutnya, likuiditas yang memadai dan permodalan yang kuat tersebut, maka akan semakin memperkuat kemampuan BRI dalam mengantisipasi seluruh risiko utama yang terjadi dalam pengelolaan bank, serta akan semakin memperkokoh pertumbuhan bisnis BRI melalui penyediaan jasa layanan keuangan, pembiayaan dan pemberdayaan UMKM.
Lalu, untuk terus memacu pertumbuhan kredit, Sunarso menyebut pihaknya akan berkomitmen untuk melakukan manajemen risiko yang kuat untuk menjaga kualitas aset perseroan.
Kredit berisiko alias loan at risk (LAR) BRI per September 2023 tercatat sebesar 13,80%. Angka tersebut membaik atau menurun apabila dibandingkan dengan LAR BRI pada September 2022 yang sebesar 18,68%.
“Kami optimistis di tahun depan LAR BRI dapat kembali pada kondisi pra-pandemi, yakni di kisaran 9-11%”, tuturnya.
Sumber Bisnis, edit koranbumn