Emiten farmasi BUMN PT Kimia Farma Tbk. (KAEF) mengungkapkan rencana untuk membawa anak usaha PT Kimia Farma Apotek (KFA) melakukan penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO).
Direktur Utama PT Kimia Farma Tbk. (KAEF) David Utama mengatakan hal tersebut memang menjadi salah satu aksi korporasi yang ditargetkan perusahaan. Namun dia menegaskan bahwa hajatan IPO KFA belum akan dilakukan dalam waktu dekat atau setidaknya hingga 2024.
“Tapi mungkin tidak di 2024 karena sekali lagi kami mau melakukan IPO yang memberikan nilai baik untuk investor. Apakah itu di 2024? saya masih ragu, apakah itu di 2025? kemungkinan besar iya,” ujarnya dalam agenda Investor Daily Summit 2023 di Jakarta Selatan, Rabu (25/10/2023).
Adapun, Dirut Kimia Farma itu menyebut pihaknya saat ini tengah berfokus untuk membenahi fundamental perusahaan agar menjadi semakin solid. Hal tersebut dilakukan agar perusahaan dapat memberikan return yang memuaskan bagi para investor.
Tak hanya itu, langkah itu juga diharapkan dapat membantu KFA untuk berhasil melakukan IPO dengan nilai fund rise atau penggalangan dana yang cukup besar, bahkan hingga ke kisaran triliunan.
“Kimia Farma itu total bisnisnya sudah Rp12 triliun, kalau di-inject cuma urusan berapa miliar doang kan tidak ada manfaatnya. Jangan cuma cape cari dana ala kadarnya, tapi kita mesti memberikan return yang benar ke investor kalau mau IPO,” lanjut David.
Sebagaimana diketahui, rencana perseroan untuk memboyong anak usaha IPO telah santer terdengar sejak 2021 atau sesaat setelah emiten farmasi tersebut masuk ke holding BUMN.
Verdi Budidarmo yang saat itu menjabat sebagai Direktur Utama PT Kimia Farma Tbk. (KAEF) menyampaikan bahwa perseroan tengah mengkaji rencana right issue atau penawaran modal baru melalui hak memesan efek terlebih dahulu.
PT Kimia Farma Apotek (KFA) menjadi salah satu anak usaha yang berpeluang untuk dibawa melantai ke BEI. KFA sendiri menjadi anak usaha Kimia Farma yang bergerak di bidang ritel.
Mengutip informasi dari laman resmi perusahaan, Kimia Farma tercatat sebagai pemegang saham pengendali dengan total sebanyak 59,99 persen saham KFA. Sementara itu, 20 persen saham dimiliki oleh PT Akar Investasi Indonesia, CIZJ Limited sebanyak 20 persen saham KFA, dan Yayasan Kesejahteraan Keluarga Kimia Farma (YKKKF) sebanyak 20 persen saham KFA.
“Rencana korporasi di 2021 adalah kami sedang proses kajian bersama rencana rights issue termasuk unlock value dari subsidiary atau anak usaha [IPO]. Kami memiliki potensi Kimia Farma Ritel, maupun Laboratorium klinik dan klinik kesehatan,” jelasnya saat Public Expose, Rabu (28/4/2021).
Sumber Bisnis, edit koranbumn