Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) tengah memetakan tren naiknya gas alam cair atau liquefied natural gas (LNG) yang belum terkontrak (uncommitted cargo) selama 10 tahun mendatang.
Berdasarkan neraca LNG milik Kementerian ESDM, produksi gas alam cair yang belum memiliki pembeli pasti mencapai 304,6 kargo pada 2030.
Proyeksi itu menjadi catatan kargo LNG yang tidak terbeli tertinggi seiring dengan tren meningkatnya produksi gas domestik beberapa tahun terakhir.
“Ini cadangan gas yang belum memiliki buyer dan bisa terjadi karena memang masih mencari buyer, baru terbukti dari kegiatan eksplorasi atau memang tidak terlifting oleh buyer saat ini,” kata Sekretaris SKK Migas Shinta Damayanti saat webinar DETalk, Selasa (31/10/2023).
Pada 2030, produksi LNG diperkirakan berada di level 432,6 kargo. Sementara itu, kontrak LNG domestik dan ekspor tidak banyak bergeser masing-masing di level 62 kargo dan 66 kargo.
Hitung-hitungan otoritas hulu migas itu terbilang tinggi jika dibandingkan dengan neraca LNG pada tahun depan. Saat itu, kargo LNG yang tidak terbeli hanya berada di kisaran 19,8 kargo, dengan asumsi produksi di angka 260,1 kargo.
Adapun, kontrak LNG ekspor sepanjang 2024 berada di level tertinggi sebesar 173,4 kargo. Kontrak itu menjadi catatan tertinggi, dibarengi dengan kontrak domestik di level 67 kargo.
Di sisi lain, Shinta menerangkan, lembaganya turut berupaya mengalirkan gas dari sejumlah lapangan produksi untuk kebutuhan domestik, seperti industri dan ketenagalistrikan.
Malahan, pemerintah telah memetakan potensi pengalihan gas untuk hilirisasi lebih lanjut untuk industri pupuk dan turunan gas lainnya.
“Ini merupakan potensi pasokan atau undeveloped discovery yang sudah terpetakan, terbuktikan, tapi belum ada PoD dan buyer, ini merupakan modal ke depan yang harus dipetakan dan dipastikan dapat hilirisasinya,” kata dia.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM Tutuka Ariadji mengatakan, pemerintah terus meningkatkan serapan gas untuk kebutuhan industri di dalam negeri.
Upaya itu belakangan terlihat dengan menurunnya kontrak LNG eskpor dan domestik selama 1 dekade mendatang sampai 2035. Hanya saja pada saat itu, kargo LNG yang belum terkontrak tetap tertahan tinggi di level 227,6 kargo.
Sebagai perbandingan, produksi LNG pada 2035 diperkirakan mencapai 262,6 kargo. Adapun, kontrak LNG domestik tercatat sebesar 18 kargo dan untuk kontrak ekspor sebesar 17 kargo.
“Jadi kebutuhan nasional di angka 6.000-an MMscfd, kalau ada hilirisasi [serapan] akan naik ke atas, dan diharapkan hilirisasi akan meningkatkan daya saing industri nasional,” kata Tutuka.
Sampai dengan Agustus 2023, tercatat volume pemanfaatan gas bumi domestik mencapai 3.725 BBtud. Nilai pemanfaatan cenderung meningkat sejak 2012 lalu.
Total lifting gas bumi pada periode Januari sampai Agustus 2023 mencapai 5.446,90 BBtud. Adapun, sebagian besar pemanfaatan gas bumi domestik digunakan oleh industri (28,52%), pupuk (12,62%), dan ketengalistrikan (12,22%).
Sementara itu, porsi ekspor dari total pemanfaatan gas bumi nasional di antaranya LNG (23,43%) dan gas pipa (8,18%).
Sumber Bisnis, edit koranbumn