Menyambut hari jadi ke-12, PT Pupuk Indonesia (Persero) melanjutkan komitmen dalam meningkatkan produktivitas pertanian dan menjaga ketahanan pangan melalui berbagai inovasi. Selaras dengan komitmen ini, Pupuk Indonesia berhasil memenuhi 100 persen target penugasan pemerintah dengan menyalurkan 6,19 juta ton pupuk bersubsidi kepada petani. Kinerja positif ini berhasil ditorehkan perusahaan di tengah tantangan global yang kompleks pada 2023, seperti perubahan iklim dan konflik geopolitik yang mempengaruhi harga komoditas pupuk.
Direktur Utama Pupuk Indonesia, Rahmad Pribadi, dalam kegiatan buka puasa bersama media di Jakarta, 18 Maret 2024, mengatakan, “Pupuk Indonesia berhasil melewati 2023, bukan hanya bertahan namun mampu berkembang secara positif. Tahun ini, kami akan tetap teguh pada komitmen meningkatkan produktivitas pertanian dan menjaga ketahanan pangan melalui inovasi dan kinerja terbaik.”
Pada 2023 Pupuk Indonesia berhasil merealisasikan 18,8 juta ton hasil produksi, yang terdiri dari pupuk 11,6 juta ton dan non-pupuk 7,1 ton. Berbagai upaya juga dikerjakan guna memastikan proses distribusi pupuk berjalan dengan baik dan tepat sasaran. Mulai dari digitalisasi proses penebusan pupuk menggunakan aplikasi I-Pubers (Integrasi Pupuk Bersubsidi) serta berkolaborasi dengan para pemangku kepentingan.
Aplikasi I-Pubers sendiri merupakan hasil kolaborasi Pupuk Indonesia bersama Kementerian Pertanian (Kementan). Aplikasi ini ditujukan untuk memudahkan para petani dalam proses penebusan pupuk subsidi dengan menerapkan data yang terintegrasi di mitra distributor (kios) antara daftar penerima subsidi e-alokasi dengan data stok pupuk yang ada di Pupuk Indonesia. Per 1 Februari 2024, implementasi i-Pubers telah mencapai 100 persen secara nasional dan tersedia di lebih dari 27.000 kios di seluruh pelosok negeri.
Pada kesempatan ini Rahmad juga menjelaskan pentingnya pupuk berbasis gas (nitrogen) dalam produktivitas pertanian tanaman pangan, karena mampu meningkat produktivitas hingga 56%. Jenis pupuk berbasis gas seperti Urea dan NPK adalah yang paling banyak dibutuhkan oleh petani sehingga ketersediaan dan keterjangkauan harga gas bumi akan berpengaruh dalam menjaga ketahanan pangan nasional. Tahun ini, hingga 11 Maret 2024, Pupuk Indonesia juga sudah menyiapkan stok pupuk subsidi dan nonsubsidi sebesar 1,78 juta ton.
“Dengan jumlah stok pupuk subsidi dan nonsubsidi yang telah kami siapkan, kami berharap mampu mendukung produktivitas pertanian Indonesia dan menopang ketahanan pangan nasional. Kami juga terus menjalankan program MAKMUR yang telah memberikan hasil luar biasa, yakni mencapai lahan seluas 358.885 hektar atau 130 persen dari target seluas 275.000 hektar. Adapun jumlah petani yang bergabung mencapai 107.642 petani atau 108 persen dari target 100.000 petani. Dengan tekad yang besar, kami yakin upaya ini akan membantu menjaga ketahanan pangan nasional dan membangun kemandirian pangan Tanah Air,” jelas Rahmad.
Ia juga mengungkapkan bahwa Pupuk Indonesia ke depannya berencana untuk menargetkan program MAKMUR secara lebih masif sehingga mampu mendorong kemandirian yang berkelanjutan bagi para petani Indonesia.
Dari sisi pengembangan usaha, Pupuk Indonesia juga telah mengimplementasikan sejumlah inisiatif strategis, di antaranya peresmian pabrik pupuk NPK Pupuk Iskandar Muda (PIM), pembangunan Kawasan Industri Pupuk di Fakfak untuk memperluas jangkauan pupuk di Indonesia Timur, serta proyek pembangunan pabrik Pupuk Sriwidjaja (Pusri) 3B yang bertujuan untuk menggantikan pabrik pupuk yang sudah tua.
Dalam praktik usahanya Pupuk Indonesia terus menjunjung tinggi prinsip-prinsip ESG (Environment, Social, Governance). Hal ini tampak lewat komitmennya dengan melakukan dekarbonisasi bisnis eksisting, dan pada saat yang bersamaan juga mengembangkan bisnis baru yang lebih ramah lingkungan, yaitu clean ammonia. Sebagai pemain utama dalam produksi amonia di Asia Pasifik, Timur Tengah, dan Afrika Utara, Pupuk Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pusat Carbon Capture and Storage (CCS).
Melalui pengembangan industri clean ammonia, Pupuk Indonesia berusaha memimpin perubahan menuju praktik yang lebih ramah lingkungan dalam sektor pupuk dan petrokimia. Pada tahun lalu perusahaan berhasil melakukan penurunan emisi karbon sebesar 1,55 juta ton, melampaui target yang sebelumnya ditetapkan sebesar 1,21 juta ton. Dengan demikian, Pupuk Indonesia terus menegaskan perannya sebagai pelopor dalam industri pupuk yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
“Kami juga akan terus berupaya memberikan dampak positif dan berkelanjutan pada industri pupuk dan petrokimia, dengan mengembangkan industri clean ammonia. Insya Allah upaya ini akan membuahkan hasil yang baik untuk menciptakan masa depan yang subur dan berkelanjutan bagi negeri kita,” pungkas Rahmad.