Proses konsolidasi tersebut diperkirakan memakan waktu lebih panjang, khususnya bagi perusahaan berstatus terbuka karena harus melibatkan banyak pihak eksternal.
“Integrasi ini bukan pilihan, tapi kepastian untuk memperbaiki kondisi ke depan, baik dari sisi keuangan, persaingan, maupun pengelolaan kompetensi yang ada di Adhi Karya,” ujarnya dalam Public Expose Live 2025, Senin (8/9/2025).
PT Danantara Asset Management (Persero), selaku holding operasional Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara Indonesia, diketahui tengah menyiapkan langkah konsolidasi terhadap 7 perusahaan konstruksi BUMN baik yang berstatus terbuka maupun privat.
Mereka adalah PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA), PT PP (Persero) Tbk. (PTPP), PT Hutama Karya (Persero), PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT), PT Adhi Karya (Persero) Tbk. (ADHI), PT Brantas Abipraya (Persero) dan PT Nindya Karya (Persero).
Di tengah proses konsolidasi itu, Entus menyatakan kelanjutan proyek LRT Jabodebek tahap II akan tetap berjalan dan dikelola oleh perseroan sesuai amanat Peraturan Presiden (Perpres) No. 98/2015 yang membagi pembangunan dalam dua tahap.
“Pada tahap pertama sepanjang 44 kilometer yang sudah kami bangun dan sudah berproses saat ini dengan nilai mencapai Rp23,3 triliun,” pungkas Entus.
Untuk tahap kedua, emiten BUMN Karya ini mengakui masih mencari skema pendanaan alternatif di luar APBN. Entus menyatakan diskusi intensif dengan Direktorat Jenderal Perkeretaapian dan PT KAI tengah dilakukan guna memastikan keberlanjutan proyek.
“Kami bersama-sama sedang mencari solusi pendanaan, termasuk kemungkinan melibatkan dana di luar pemerintah untuk bekerja sama dengan KAI,” tambahnya.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.
Sumber Bisnis, edit koranbumn














