“Dalam hal ini beberapa bisnis baru yang baik itu berkaitan dengan upstream [hulu] maupun juga downstream [hilir], yang ke depan akan memberikan revenue yang bisa kita dapatkan di dua atau tiga tahun ke depan,” ujarnya dalam online public expose, Kamis (11/9/2025).
Arief memerinci, dari enam pengembangan bisnis baru yang sekarang sedang digarap, tiga di antaranya sudah masuk ke arah komersial, dan sisanya sebanyak tiga pengembangan bisnis baru dalam tahap pilot project.
Tiga pengembangan bisnis baru yang sudah masuk ke arah komersial ini adalah pipeline integrity management, well production improvement, dan well optimization melalui alat hydraulic pumping unit (HPU) atau suatu jenis alat artificial lift system di industri migas.
Sementara itu, tiga pengembangan bisnis baru yang dalam tahap pilot project adalah teknologi Carbon Capture Utilization & Storage (CCUS), fabrikasi dengan pengembangan sistem binary heat exchange for geothermal dan inflow control device (ICD), serta battery charging station untuk ekosistem EV.
“Saat ini ELSA sedang melakukan kajian investasi, di mana proyek bisnis ke depan sedang kita evaluasi,” ujarnya.
Tahun ini, perseroan telah menyiapkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp594 miliar. Dari angka tersebut, perseroan mengalokasikan sebesar 45% untuk fokus pada proyek upstream atau hulu migas.
Sementara itu, sebanyak 30% dari total alokasi capex akan digunakan untuk sektor distribusi dan logistik energi, kemudian 12% akan dipakai untuk support upstream, dan sebanyak 8% untuk belanja non proyek. Adapun, hanya 5% dari total capex akan dipakai untuk pengembangan bisnis baru perseroan.
Menilik rapor keuangan perseroan sepanjang semester I/2025, ELSA sebenarnya mampu menorehkan pertumbuhan pendapatan sebesar 10,30% year on year (YoY) dari Rp6,31 triliun menjadi Rp6,96 triliun. Namun, laba bersih perseroan justru terpangkas 24,04% YoY dari Rp 442,98 miliar menjadi Rp 336,48 miliar.
Direktur Keuangan Elnusa, Nelwin Aldriansyah menjelaskan salah satu penyebab koreksi laba bersih tersebut adalah karena pada semester I/2024 lalu perseroan mencatat pendapatan satu kali transaksi berupa bunga deposito yang tertunda sebesar Rp69 miliar.
Penyebab kedua, ada beberapa target proyek-proyek ELSA di sektor hulu yang bergeser dari target sehingga hasilnya belum tercatat dalam pendapatan semester I/2025.
“Jika satu transaksi tertunda itu kita keluarkan, maka pencapaian laba bersih kami tidak jauh berbeda dengan tahun 2024 [semester I]. Dan untuk semester kedua ini, kami cukup optimistis dapat mencapai target pendapatan top line maupun net profit kami sesuai dengan RKP yang telah kami anggarkan untuk tahun 2025,” tegas Nelwin.
Sumber Bisnis, edit koranbumn














