Krakatau Steel sebagai perusahaan baja nasional diketahui tengah menghadapi tekanan di sisi keuangan. Emiten bersandi KRAS ini tercatat memiliki beban utang sebesar US$1,7 miliar atau setara dengan Rp28,34 triliun. Nilai itu terdiri atas pokok utang senilai US$1,4 miliar beserta bunga US$338 juta.
Chief Operating Officer (COO) Danantara Indonesia Dony Oskaria menuturkan bahwa penyelamatan Krakatau Steel akan dilakukan dalam waktu dekat, mengingat adanya persoalan utang yang membayangi perseroan.
“[Ada] penyelesaian problematika di Krakatau Steel. Ini juga masalah, lihat bukunya dan ini punya problem juga,” pungkas Dony saat ditemui di kantor Kemenko Pangan, Jakarta, Senin (29/9/2025).
Dalam perkembangan terbaru, Krakatau Steel rupanya telah meminta bantuan Danantara untuk menginjeksi modal US$500 juta atau sekitar Rp8,3 triliun. Bantuan ini nantinya berstatus pinjaman alias shareholder loan.
Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Krakatau Steel, Daniel Fitzgerald Liman, mengungkapkan bahwa pengajuan bantuan modal telah dilakukan sejak Juni 2025 dan diharapkan dapat terealisasi sebelum akhir tahun.
“Harapan kami dana segar ini segera cair sebelum Desember 2025, sehingga pada tahun depan kami bisa meningkatkan produktivitas pabrik,” ujar Daniel dalam rapat bersama Komisi VI DPR RI, Selasa (30/9/2025).
Direktur Utama Krakatau Steel Muhamad Akbar Djohan mengatakan bahwa dukungan modal kerja tersebut diperlukan untuk menyelamatkan operasional sekaligus memenuhi kebutuhan bahan baku yang krusial bagi keberlanjutan industri baja nasional.
“Yang kami butuhkan adalah penyediaan modal kerja oleh Danantara sebesar US$500 juta untuk penyelamatan dan pemenuhan kebutuhan bahan baku agar fasilitas produksi dapat berjalan efisien dan berkelanjutan,” ujarnya dalam rapat bersama Komisi VI DPR, Selasa (30/9/2025).
Di sisi lain, perseroan tengah fokus memperkuat unit hot strip mill (HSM) dan cold rolling mill (CRM) agar menjadi lini bisnis yang efisien, kompetitif, dan menguntungkan.
Selanjutnya, KRAS turut mengembangkan bisnis infrastruktur dan hilirisasi produk baja melalui pengembangan kawasan industri beserta fasilitas penunjang, serta optimalisasi di lini hilir.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.
Sumber Bisnis, edit koranbumn















