Sukseskan aksi korporasi PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) dalam menggelar penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD) atau private placement senilai Rp30,31 triliun, PT Danantara Asset Management (Persero) akan masuk aksi korporasi tersebut. Informasi tersebut disampaikan perseroan dalam siaran persnya di Jakarta, kemarin.
Sehubungan dengan upaya restrukturisasi, GIAA akan menggelar PMTHMETD yang akan dilakukan oleh Danantara dengan dua skema. Pertama setoran modal dalam bentuk uang tunai. Kedua, konversi pinjaman pemegang saham (shareholder loan/SHL) menjadi saham baru. Total dana private placement itu mencapai US$1,84 miliar atau Rp30,31 triliun (kurs Rp16.421 per dolar AS).
Secara terperinci, Danantara akan melakukan penyetoran modal secara tunai kepada GIAA sebanyak-banyaknya US$1,44 miliar atau Rp23,66 triliun dan konversi SHL menjadi saham baru sebesar US$405 juta atau Rp6,65 triliun. Penyetoran modal melalui PMTHMETD sendiri wajib terlebih dahulu memperoleh persetujuan rapat umum pemegang saham (RUPS). GIAA pun mengagendakan RUPS luar biasa (RUPSLB) pada 12 November 2025 untuk menyepakati gelaran private placement tersebut.
Adapun, gelaran private placement atau suntikan dana dari Danantara sendiri dilakukan sebagai upaya restrukturisasi. GIAA mempertimbangkan urgensi perbaikan posisi keuangan perseroan secara menyeluruh, serta kebutuhan pendanaan yang mendesak untuk menjaga kelangsungan usaha dan operasional perseroan dan entitas anak.
GIAA sendiri memang masih berkutat dengan ekuitas negatif, di mana liabilitas GIAA melebihi asetnya. Tercatat, aset GIAA mencapai US$6,51 miliar pada periode yang berakhir 30 Juni 2025. Sementara, liabilitas GIAA mencapai US$8,01 miliar. Alhasil, ekuitas negatif GIAA mencapai US$1,49 miliar.
Disebutkan, pelaksanaan PMTHMETD oleh Danantara diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap perbaikan struktur permodalan, peningkatan likuiditas, serta mendukung keberlangsungan usaha perseroan di masa yang akan datang. Sementara itu, secara rinci dana private placement akan dimanfaatkan untuk berbagai hal.
Kemudian sebesar 29% digunakan untuk pembiayaan modal kerja dan operasional GIAA, yang meliputi pembayaran biaya perawatan dan perbaikan pesawat. Lalu sebesar 37% digunakan untuk melakukan peningkatan modal pada anak usaha GIAA, yakni Citilink dalam rangka pembiayaan modal kerja dan operasional Citilink, yang meliputi pembayaran biaya perawatan dan perbaikan pesawat.
Selanjutnya, sebesar 22% digunakan untuk melakukan ekspansi armada perseroan dan Citilink. Selain itu, sebesar 12% digunakan untuk melakukan peningkatan modal pada Citilink, yang akan digunakan untuk melakukan pembayaran atas utang pembelian bahan bakar pesawat Citilink dari Pertamina periode 2019 hingga 2021.
Sumber Neraca.co.id edit koranbumn















