Emiten konstruksi pelat merah, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) menargetkan nilai kontrak baru lebih dari Rp20 triliun pada 2026, naik dari perkiraan realisasi tahun ini sebesar Rp17 triliun.
Direktur Utama WIKA Agung Budi Waskito mengatakan target tersebut sejalan dengan strategi transformasi perusahaan yang akan dijalankan pada 2026.
“Target nilai kontrak baru pada 2026 sudah kami tetapkan, akan lebih besar dibandingkan 2025, di atas Rp20 triliun,” ujar Agung dalam paparan publik yang diselenggarakan secara daring, Rabu (12/11/2025).
Hingga September 2025, WIKA mencatat kontrak baru sebesar Rp6,19 triliun dan penjualan Rp9,09 triliun. Mayoritas penjualan berasal dari segmen infrastruktur dan gedung sebesar 39%, EPCC 25%, industri penunjang konstruksi 29%, serta sisanya dari realty & properti dan investasi.
Agung menuturkan bahwa saat ini terdapat sejumlah proyek yang telah diteken perseroan pada Oktober – November 2025. Kendati demikian, proyek tersebut belum tercatat dalam realisasi kontrak baru hingga kuartal III/2025.
Proyek tersebut antara lain meliputi irigasi dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), sekolah rakyat, hingga penanganan limbah.
“Ada juga proyek pemipaan dari [bendungan] Karian ke Jakarta, kemudian penanganan limbah baru, tapi memang belum masuk di kuartal tiga sehingga kuartal empat kami akan mencapai sekitar Rp17 triliun,” ucap Agung.
Di sisi lain, perseroan menyiapkan tiga pilar transformasi. Pertama, adalah fokus pada restrukturisasi utang, termasuk renegosiasi tenor pinjaman dan penurunan tingkat bunga sesuai Cash Flow Available for Debt Service (CFADS), serta mengurangi risiko kerugian dengan melepas controlling aset non-core.
Pilar kedua, WIKA akan melanjutkan divestasi anak usaha dan perusahaan asosiasi non-core, serta meningkatkan kinerja entitas anak dan asosiasi untuk mendongkrak pemulihan dan dividen bagi perseroan.
Ketiga, perseroan bakal memilih kontrak dengan margin dan termin pembayaran yang berkelanjutan, efisiensi harga pokok penjualan (HPP) melalui penerapan lean construction, serta penguatan arus kas.
“Kami mulai selektif dalam memilih proyek. Untuk memperbaiki cash flow, proyek yang dibayar secara bulanan menjadi prioritas agar arus kas tidak tertekan,” pungkas Agung.
Agung menambahkan bahwa penyehatan WIKA juga bergantung pada dukungan BPI Danantara. Perseroan tengah berkoordinasi dengan Danantara untuk mempercepat proses restrukturisasi dan memperkuat arus kas, termasuk investasi di proyek hilirisasi dan waste-to-energy yang menjadi keahlian WIKA.
“Dengan Danantara mulai berinvestasi, pelaksanaan proyek diharapkan bisa lebih banyak melibatkan WIKA. Kami optimistis pada 2026 akan terjadi rebound di perolehan kontrak,” ucapnya.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.
Sumber Bisnis, edit koranbumn













