Pada prinsipnya, jelasnya, Danantara menjalankan mandat ganda, yakni menghasilkan imbal hasil berkelanjutan sekaligus memberikan dampak ekonomi nasional.
“Dengan mengusung mandat tersebut, strategi kami pada 2026 fokus pada pengembangan proyek-proyek strategis, penguatan sektor-sektor prioritas nasional, dan diversifikasi portofolio lintas kelas aset serta geografi,” ujarnya kepada Bisnis, Senin (8/12/2025).
Setiap sektor dipilih, lanjutnya, bukan hanya karena nilai komersialnya, tetapi karena dampaknya bagi penciptaan lapangan kerja, transfer teknologi, dan daya saing nasional.
“Dalam setiap investasi dan kemitraan, kami mengutamakan pipeline yang jelas, mitra eksekusi yang kredibel, serta keselarasan kuat dengan agenda pembangunan nasional,” imbuhnya
Rohan menegaskan bahwa sebagian besar inisiatif Danantara bersifat jangka panjang dan memerlukan waktu 5 hingga 10 tahun hingga dampaknya terasa penuh.
Hal ini sejalan dengan visi pembangunan nasional dan komitmen memperkuat ketahanan ekonomi Indonesia.
Rohan pun menegaskan bahwa peran dunia usaha sangat krusial dalam mendorong daya saing nasional. Danantara mengambil posisi sebagai jembatan yang menghubungkan pemerintah, pelaku usaha, dan investor global.
Oleh karena itu, Rohan menggarisbawahi pentingnya dialog terbuka dengan para pelaku usaha, CEO, asosiasi industri, dan para wirausaha untuk memastikan bahwa arah investasi selaras dengan kebutuhan industri.
Dia menegaskan Danantara akan memposisikan diri sebagai katalisator kolaborasi lintas sektor. Fokusnya adalah mempercepat realisasi proyek strategis yang berdampak besar, memastikan keberlanjutan portofolio, sekaligus membangun pondasi kuat bagi ketahanan ekonomi Indonesia.
“Kami meyakini salah satu kunci memanaskan ekonomi adalah kolaborasi lintas pihak,” tekannya.
Saat ini, Danantara tengah menggarap tiga proyek strategis utama. Pertama, proyek Waste-to-Energy (WtE). Sebagai implementasi Perpres No.109, proyek ini menjadi langkah nyata mengatasi persoalan sampah sekaligus memperluas bauran energi hijau nasional. WtE ditargetkan menjadi model pengelolaan sampah modern yang memberi nilai tambah ekonomi.
Selanjutnya, Proyek Kemandirian Obat Plasma. Hal ini dikarenakan Indonesia masih 100% mengandalkan impor obat derivat plasma (PODP) seperti albumin, immunoglobulin, dan clotting factors.
Melalui MoU dengan SK Plasma, Danantara menyiapkan fasilitas fraksinasi berstandar internasional berbasis plasma dalam negeri. Terakhir adalah Proyek Kampung Haji. Terkait proyek ini, Rohan menyebut Danantara tengah mengikuti proses bidding bersama Pemerintah Arab Saudi untuk membangun kawasan terpadu bagi jamaah haji dan umrah.
Sumber Bisnis, edit koranbumn















