Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara Indonesia) melalui Danantara Investment Management (DIM) menandatangani Head of Agreement (HoA) dengan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN, dalam rangka mempercepat pengembangan energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia.
Melalui kerja sama, DIM akan menjajaki peluang investasi pada proyek-proyek pembangkit listrik berbasis EBT yang dikembangkan melalui anak usaha PLN, yaitu PLN Nusantara Renewables (PLN NR) dan PLN Indonesia Power Renewables (PLN IPR).
Chief Investment Officer (CIO) Danantara Indonesia Pandu Sjahrir dalam keterangan resmi di Jakarta, Senin, mengatakan bahwa Danantara hadir sebagai institusi investasi strategis yang berorientasi jangka panjang.
Menurutnya, kerja sama ini dapat berperan penting dalam tujuan Indonesia mencapai swasembada energi dan menyikapi kondisi perubahan iklim (climate change) yang semakin mendesak.
“Danantara Indonesia berkomitmen mendukung pembangunan energi masa depan Indonesia melalui investasi yang tidak hanya berfokus pada imbal hasil finansial, tetapi juga pada keberlanjutan bagi generasi mendatang,” ujar Pandu.
Ia melanjutkan, EBT merupakan sektor kunci untuk memastikan sistem energi yang lebih sehat, bersih, dan berkelanjutan.
“Penandatanganan HoA ini menjadi tonggak awal dalam menjajaki kebutuhan investasi strategis yang besar, mendorong pengembangan EBT yang andal, serta memperkuat posisi Indonesia dalam swasembada energi, transformasi hijau, serta menyikapi kondisi perubahan iklim yang kita alami bersama,” ujar Pandu.
Lebih lanjut, Pandu menekankan pentingnya eksekusi yang selaras serta kolaborasi lintas institusi dalam mempercepat pengembangan energi terbarukan, yang mana kolaborasi dengan PLN memungkinkan penyelarasan antara kapabilitas investasi dan kesiapan operasional di sektor ketenagalistrikan.
Melalui peran Danantara sebagai institusi investasi strategis, pihaknya tidak hanya menyediakan pembiayaan, namun juga berperan aktif dalam mengidentifikasi dan membantu mengatasi berbagai tantangan pengembangan proyek, menghadirkan akses permodalan yang kompetitif, serta mendukung penciptaan lapangan kerja hijau.
“Dengan pendekatan ini, kami ingin memastikan pengembangan EBT dapat berjalan lebih terstruktur, tepat waktu, dan terintegrasi dengan kebutuhan sistem kelistrikan nasional,” ujar Pandu.
Sementara itu, Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menegaskan bahwa transisi energi membutuhkan kolaborasi yang erat dan dukungan pembiayaan yang berkelanjutan.
Menurutnya, transisi energi tidak dapat dilakukan secara sendiri-sendiri, yang mana diperlukan kolaborasi yang kuat serta dukungan pembiayaan yang solid dan berkelanjutan.
“Kehadiran Danantara Indonesia memperkuat langkah PLN dalam mengembangkan energi terbarukan secara lebih terstruktur, sekaligus memastikan proyek-proyek hijau yang tercantum dalam RUPTL dapat berjalan tepat waktu dan memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat serta sistem ketenagalistrikan nasional,” ujar Darmawan.
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034 yang disusun oleh PLN, menetapkan rencana penambahan kapasitas pembangkit listrik baru sebesar 70 Giga Watt (GW), dengan sekitar 76 persen di antaranya berasal dari energi terbarukan.
Melalui kerja sama ini, Danantara Indonesia dan PLN akan menggabungkan kapabilitas investasi dan keahlian operasional di sektor ketenagalistrikan, sehingga pencapaian target energi terbarukan nasional dapat didorong secara lebih optimal.
Dalam proyeksi penambahan kapasitas pembangkit listrik sebesar 20 GW, PLN mengestimasikan total investasi mencapai Rp600 triliun atau setara dengan 36 miliar dolar Amerika Serikat (AS).
Sumber Antaranews, edit koranbumn
















