Emiten farmasi pelat merah PT Indofarma Tbk. (INAF) tengah menanti suntikan dana dari Danantara dalam upaya memperbaiki kinerja perseroan yang terus merugi selama beberapa tahun belakangan.
Sejumlah upaya untuk melakukan kajian terhadap rencana kerja dan prospek pasar Indofarma ke depan sudah dilakukan perseroan dalam rangka meminta restu tersebut. Sudah sejak kuartal IV/2025 INAF meminta restu Danantara untuk rencana itu.
“Mengenai suntikan Danantara memang ini sudah kami usulkan melalui Biofarma Group sebagai holding dan sudah disampaikan ke Danantara dan kami masih menunggu kepastian suntikan Danantara,” kata Direktur Utama INAF Sahat Sihombing saat ditemui di Jakarta, Senin (22/12/2025).
Meskipun begitu, Sahat enggan menerangkan secara terperinci perihal besaran dana yang diharapkan dari Danantara. Dia hanya memastikan, pihaknya telah mengajukan kajian mengenai rencana kerja hingga analisis pengembalian dana nantinya. Suntikan dana ini nantinya akan digunakan INAF sepenuhnya untuk modal kerja.
“Jadi sedang berproses di Danantara. Kami kira sudah maksimal dan sudah menyajikan data yang menurut kami terbaik, tinggal kami menunggu bagaimana keputusan pemegang saham, dalam hal ini Danantara ya,” katanya.
Melansir Laporan Keuangan, sepanjang periode Januari–September 2025, INAF membukukan kinerja yang susut 2,99% year-on-year (YoY) ke posisi Rp133,73 miliar. Pendapatan INAF susut dari posisi Rp137,87 miliar pada periode yang sama 2024.
Susutnya pendapatan INAF sejalan dengan melemahnya penjualan obat dan alat kesehatan perseroan. Pada segmen obat, INAF hanya mampu membukukan Rp72,81 miliar pada periode Januari–September 2025, lebih rendah 2,90% dibandingkan Rp74,99 miliar pada periode yang sama 2024.
Begitu pula pada segmen alat kesehatan, yang mencatatkan pendapatan Rp60,91 miliar per September 2025, turun 3,10% YoY dibandingkan posisi Rp62,87 miliar pada periode yang sama 2024.
Sejalan dengan susutnya kinerja segmen pendapatan INAF, perseroan turut membukukan beban pokok pendapatan yang menyusut 2,91% YoY menjadi Rp145,30 miliar pada periode Januari–September 2025.
Meskipun mampu menekan beban pokok pendapatan, INAF tidak kuasa menahan laba bruto yang terkoreksi 1,92% secara tahunan. Laba bruto yang berhasil dibukukan oleh INAF senilai Rp11,57 miliar pada periode yang berakhir September 2025. Torehan itu turun dibandingkan posisi Rp11,80 miliar pada periode yang sama 2024.
Meskipun begitu, INAF mampu menekan beban penjualan hingga 83,48% YoY menjadi Rp6,92 miliar per September 2025, dari posisi Rp41,93 miliar pada Januari–September 2024.
Upaya menekan beban penjualan itu terutama dilakukan tampak dari beban gaji dan jaminan sosial INAF yang tercatat senilai Rp6,30 miliar per September 2025, dari posisi Rp34,77 miliar pada periode yang sama 2024.
Selain itu, sejumlah beban penjualan juga telah tercatat nihil, seperti beban penjualan pemasaran dan distribusi, beban sewa, pemeliharaan aset tetap, hingga amortisasi aset tak berwujud. Dengan begitu, INAF mampu menekan beban hingga lebih dari 80%.
Begitu juga dengan beban keuangan, yang mampu ditekan secara signifikan oleh INAF. Pada beban keuangan atas bunga pinjaman, INAF membukukan beban senilai Rp2,24 miliar per September 2025, turun 94,01% YoY dibandingkan Rp37,50 miliar pada periode yang sama 2024.
Alhasil, setelah dikurangi berbagai beban dan pajak, INAF mampu membukukan rugi periode berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk atau rugi bersih senilai Rp127,09 miliar. Rugi bersih yang mampu dibukukan INAF mengecil dibandingkan posisi Rp166,48 miliar pada periode yang sama 2024.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.
Sumber Bisnis, edit koranbumn















