Kementerian BUMN menilai penyebaran virus corona dan pelemahan nilai tukar rupiah dapat menyebabkan rugi serta yang akan berpengaruh terhadap setoran dividen perusahaan pelat merah tahun depan.
Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan pemerintah siap menerima kenyataan sejumlah perusahaan BUMN akan rugi pada tahun ini. Menurutnya, kerugian ini tak terhindarkan karena kondisi ekonomi global ikut tertekan.
“Mengenai pendapatan BUMN, yang hari ini ya kami harus siap rugi karena bukan rugi-rugian, tetapi karena memang di dunia kondisinya seperti ini. Kami juga lakukan [financial] stress test kepada perusahaan BUMN yang terdampak,” jelasnya, Jumat (20/3/2020).
Dia juga mengatakan kondisi ini akan memengaruhi potensi setoran dividen BUMN pada tahun depan. Menurutnya, target paling realistis saat ini adalah tetap mempertahankan nilai setoran dividen.
Tahun ini, target setoran dividen BUMN mencapai sekitar Rp49 triliun. Kementerian BUMN memiliki target kontribusi pajak, dividen, dan royalti BUMN tumbuh 50 persen dalam 5 tahun ke depan.
“Jujur saja pasti agak berat [target dividen] yang tadinya mau ditingkatkan. Lebih baik jujur, daripada bohongi diri sendiri. Kami berharap dividen tahun depan bisa tetap, tetapi tidak mungkin tidak tercapai. Kami harus lakukan dari sekarang antisipasi ini, memang sangat berat, sangat berat, tetapi itulah yang harus kita hadapi,” jelasnya.
Erick menuturkan BUMN di sektor penerbangan, pariwisata, dan hotel akan sangat terdampak penyebaran virus corona. PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. adalah salah satu BUMN yang mendapat sorotan.
Bisnis emiten berkode saham GIIA itu dipastikan tersendat lantaran berkurangnya aktivitas penerbangan domestik dan luar negeri. Rute penerbangan langsung ke Arab Saudi dan Australia yang selama ini menjadi pasar utama perseroan sudah ditutup.
Di sisi lain, Garuda Indonesia tengah berhadapan dengan persoalan jatuh tempo utang bank dan obligasi dalam denominasi dolar yang cukup besar. Kedua hal ini membuat Garuda berada dalam ancaman serius.
Meski begitu, dia mengatakan bahwa Kementerian BUMN tengah mencari solusi untuk mengatasi persoalan Garuda Indonesia. Kementerian tengah melakukan negosiasi bisnis untuk memperlunak sejumlah utang yang akan jatuh tempo. Salah satunya, dengan meminta bantuan dari bank BUMN.
“Dari 1,5 bulan lalu kami sudah adakan negosiasi secara menyeluruh, secara Garuda-nya, ada upaya bagaimana bank-bank Himbara juga membantu sektor hotel, restoran, juga soal penerbangan,” ujarnya.
Di luar Garuda Indonesia, perusahaan pelat merah lain seperti PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) juga memiliki utang valas yang cukup besar. Namun, menurutnya PLN tidak memiliki risiko besar seperti Garuda Indonesia.
“Kami sudah antisipasi, tetapi hasilnya belum bisa dikasih tahu. Kami sedang proses untuk Garuda. Yang lain masih cukup aman karena utang bank, dan sifatnya itu berproses. Kalau PLN itu juga tidak masuk kategori utang, hanya cashflow,” jelasnya.
Kendati mempersiapkan segala risiko terburuk bagi kelangsungan bisnis perusahaan BUMN pada tahun ini, Erick tetap optimistis sinergi antar lembaga dan BUMN akan berkontribusi positif. Dia berharap perusahaan BUMN bisa pulih setelah dampak virus corona berlalu.
“Insyaallah ada jalan, karena saya yakin Indonesia ini negara besar. Pasti akan membaik juga dalam waktu beberapa bulan ke depan,” ujarnya.
Sumber Bisnis, edit koranbumn