PT Pertamina (Persero) melaporkan peninigkatan produksi minyak dan gas bumi sepanjang kuartal I/2020 dibandingkan dengan rata-rata produksi pada 2019.
Direktur Hulu Pertamina, Dharmawan Samsu menjelaskan, berdasarkan data perseroan, produksi migas pada kuartal I/2020 tercatat sebesar 919 Mboepd atau meningkat 2% jika dibandingkan dengan rata-rata produksi 2019 sebesar 901 mboepd.
Adapun, perinciannya adalah produksi minyak rata-rata sebesar 421 mboped, sedangkan produksi gas mencapai rata-rata sebesar 2887 Mmscfd.
“Dengan penyesuaian sistem kerja dan personil untuk mengantisipasi pandemi Covid-19, Pertamina tetap berupaya menjaga produksi migas sesuai dengan target dalam RKAP. Hingga saat ini, telah mencapai 99% dari target,” katanya dalam keterangan resminya, Senin (6/4/2020).
Peningkatan produksi tersebut dikontribusikan dari produksi lapangan migas yang beroprasi di luar negeri yang dijalankan oleh entitas anak Pertamina yakni PT Pertamina International EP (PIEP) yang mencatatkan kontribusi produksi migas sebesar 156 Mboepd atau mencapai 103 dari target kuartal I/2020.
Adapun Pertamina terakhir kali mengambil alih aset migas di negara lain pada 2017. Sejauh ini, perseroan telah mengakuisisi 64,46% saham perusahaan migas Perancis, Maurel&Promm.
Dengan akuisisi ini, Pertamina memiliki aset migas yang tersebar di Gabon, Nigeria, Tanzania, Namibia, Kanada, Myanmar, Italia, Kolombia, dan beberapa negara lainnya.
Aset utama yang telah berproduksi, yakni di Gabon, Nigeria, dan Tanzania. Pertamina juga punya aset di Aljazair melalui kepemilikan saham di Blok Menzel Lejmet North (MLN), El Merk (EMK), dan Ourhoud (OHD).
Di Irak perseroan memegang saham di Lapangan West Qurna 1. Sementara di Malaysia, perseroan memegang kepemilikan saham di Blok K, Blok Kikeh, Blok SNP, Blok SK309, dan Blok SK311.
“Peningkatan produksi ini terutama dari kinerja lapangan di Aljazair,” imbuh Dharmawan.
Sementara itu, dalam mengantisipasi dampak penurunan harga minyak mentah dunia yang dibarengi dengan pandemi Covid-19, Pertamina mengambil langkah antisipasi menerapkan business continuity plan.
Di samping itu, perseroan terus melakukan evaluasi yang mendalam untuk prioritasi rencana kerja, biaya operasi dan investasi. Hal tersebut sejalan dengan kebijakan korporasi melakukan optimalisasi pembiayaan.
Pertamina juga terus memantau perkembangan situasi global, terutama harga minyak mentah dunia, kurs rupiah terhadap dolar AS serta dampak pandemik Covid-19.
“Pertamina terus berupaya menjaga tingkat investasi hulu guna memenuhi kebutuh migas nasional, baik produksi dan lifting, tapi dengan beberapa penyesuaian berdasarkan skala prioritas agar keekonomian proyek juga tetap dapat tercapai,” jelasnya.
Sumber Bisnis, edti koranbu