PT Perusahaan Gas Negara (PGAS) dan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) masih melakukan diskusi lanjutan seputar kondisi kahar yang dialami oleh perusahaan setrum pelat merah tersebut.
Sekretaris Perusahaan PGAS Rachmat Hutama mengungkapkan, diskusi kedua belah pihak saat ini masih dilakukan.
“Mengenai hal tersebut, untuk saat ini PGN masih dalam proses pembahasan dan pengkajian untuk pengajuan kondisi kahar,” tutur Rachmat .
Rachmat melanjutkan, di saat bersamaan PGN masih melakukan pembahasan dan pengkajian terhadap kontrak hulu gas untuk memastikan kondisi pasokan gas yang disalurkan ke hilir, khususnya untuk pembangkit listrik milik PLN.
Ia memastikan di tengah kondisi pandemi corona pihaknya tetap berupaya menjamin pasokan gas untuk pembangkit PLN demi menjaga penyediaan listrik oleh PLN.
Sayangnya, Rachmat belum bisa merinci lebih jauh seputar potensi penurunan serapan gas oleh PLN jika kondisi ini terus berlanjut.
“Untuk hitung-hitungan masih dalam proses dan kontrak ini antara PGAS dan PLN sehingga pembahasan bersifat business to business (b to b),” ujar Rachmat.
Rachmat melanjutkan, selama ini rerata penyerapan gas oleh PLN berada pada kisaran 220 BBTUD hingga 225 BBTUD.
Dalam catatan Kontan.co.id, PGAS mencatkan total penyaluran gas bumi sebesar 3.036 BBTUD pada tahun lalu.
Capaian ini terdiri atas volume distribusi sebesar 990 billion british thermal unit per day (BBTUD) atau tumbuh 3% dibanding tahun sebelumnya. Pertumbuhan volume distribusi disumbang oleh peningkatan konsumsi gas dari sektor kelistrikan dan sektor industri kimia. Sementara itu, volume transmisi gas bumi pada tahun 2019 tercatat sebesar 2.046 BBTUD.
Sepanjang 2019 pula, PGAS berhasil menambah infrastruktur gas bumi sepanjang 253 km, sehingga total jaringan pipa yang telah dibangun dan dikelola mencapai 10.169 km. Hal ini mencerminkan bahwa lebih dari 98% jaringan pipa gas bumi di Indonesia dikelola dan diusahakan oleh PGAS.
Sumber Kontan, edit koranbumn