PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. akan memaksimalkan menggenjot kontrak yang dapat diselesaikan tahun ini di krisis akibat pandemi Covid-19 serta potensi melambatnya perolehan kontrak baru.
Sekretaris Perusahaan Wijaya Karya Mahendra Vijaya mengatakan bahwa hingga kuartal I/2020 perolehan kontrak baru perseroan hanya sebesar Rp2,48 triliun. Perolehan kontrak tersebut meleset dari target Rp5,7 triliun serta jauh lebih rendah dari perolehan pada periode yang sama tahun lalu senilai Rp10,5 triliun.
Dia menjelaskan pada tahun ini perseroan menargetkan kontrak baru senilai Rp65 triliun, target tertinggi dibandingkan peers. Kendati demikian, dengan mewabahnya virus corona, perseroan memperkirakan realisasi kontrak baru bisa menurun hingga separuhnya.
“Memang kalau bicara skenario terburuk, dalam artian kondisi Covid-19 bertahan sampai lebih dari 6 bulan, memang bisa jadi sampai segitu [50 persen], bahkan lebih,” ujarnya .
Hal ini sejalan dengan proyeksi dari PT Maybank Kim Eng Securities (MKE) yang menyatkaan perolehan kontrak baru Wijaya Karya pada tahun ini bisa merosot hingga 50 persen dari perkiraan awal. Analisis MKE memperkirakan perolehan kontrak baru perseroan bisa jadi hanya Rp30,5 triliun dari perkiraan awal saat ini di angka Rp61 triliun.
Melempemnya perolehan kontrak baru di kuartal I/2020 ini disebabkan oleh pemunduran proses kontrak seiring ketidakpastian yang meningkat di tengah pandemi virus corona. Pihaknya masih menunggu kelanjuta proses kontrak dari para pemberi kontrak karya.
Kendati demikian, emiten berkode saham WIKA tersebut menyatakan masih memiliki strategi untuk bertahan di tengah krisis Covid-19. Perseroan akan berupaya menggenjot penyelesaian proyek dari kontrak dihadapi atau order book yang saat ini mencapai sekitar Rp120,5 triliun.
Dia mengatakan total kontrak dihadapi itu masih mencukupi kebutuhan produksi hingga tahun depan atau 2021. Dari jumlah itu, lanjutnya, sebanyak Rp76 triliun di antaranya merupakan kontrak carry over ke 2020.
“Kami masih memiliki kontrak carry over dari tahun lalu yang masih bisa diproduksi di tahun ini, namun kembali seberapa besar yang bisa diproduksi akan tergantung pada situasi Covid-19 sendiri. Intinya, kami masih mampu berproduksi sekalipun kontrak baru tidak tercapai sesuai targetnya,” jelasnya.
Krisis akibat Covid-19 ini benar-benar tak terduga. Mahendra mengatakan bahwa perseroan sejatinya membidik pertumbuhan tinggi pada tahun ini selepas melewati tantangan tahun politik di 2019. Namun, semua rencana itu kini harus dievaluasi kembali karena adanya pandemi virus corona.
Menjaga likuiditas kini menjadi salah satu fokus perseroan pada tahun ini. Salah satu strategi perseroan untuk menjaga likuiditas adalah dengan berfokus pada pengerjaan proyek yang memiliki karakteristik pembayaran jangka pendek.
“Untungnya, kami masih punya beberapa proyek carry over dan nanti kami akan lebih fokus ke proyek-proyek yang short term payment untuk menjaga likuiditas perusahaan, insyaallah WIKA bisa survive-lah,” ujarnya.
Sumber Bisnis, edit koranbumn