PT Pertamina (Persero) menyebut telah mencatat penurunan penjualan yang paling besar sepanjang sejarah perseroan yang disebabkan pandemi virus corona atau Covid-19.
Dalam rapat dengar pendapat yang dilakukan secara jarak jauh dengan Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati memaparkan hingga April 2020 secara nasional terjadi penurunan permintaan bahan bakar minyak (BBM) sebesar 34,6 persen dibandingkan dengan rata-rata penjualan pada Januari dan Februari 2020.
“Ini situasi yang belum pernah terjadi. Jadi kalau dilihat adalah sales terendah sepanjang sejarah Pertamina. Tentu saja ini akan berdampak besar dengan operasional kilang dan sisi keuangan Pertamina,” ujarnya pada Kamis (16/4/2020).
Nicke menjelaskan, pelaksanaan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) disejumlah daerah menekan permintaan BBM secara nasional.
Merujuk data Pertamina, tren penjualan BBM retail 1 Maret – 14 April 2020 pada produk gasoline dan gasoil mengalami penurunan. Produk gasoline (premium – perta series) mengalami penurunan penjualan rata-rat sebesar 16,7 persen dibandingkan dengan rata-rata Januari dan Februari lalu.
Untuk produk gasoil (solar, dexlite, pertadex) mengalami penurunan rata-rata harian sebesar 8,38 persen dibandingkan dengan rata-rata harian Januari – Februari 2020.
Adapun, Pertamina mencatat permintaan BBM di Jakarta turun sebesar 59 persen, Bandung 57 persen, Makassar 53 persen, dan kota-kota lainnya yang tercatat di atas 40 persen.
Sementara itu, penurunan penjualan bahan bakar juga terjadi untuk jenis avtur, Pertamina mencatat penurunan penjualan kurang lebih 60 persen yang disebabkan pemberhentian sejumlah penerbangan oleh sejumlah maskapai.
“Selain itu BBM industri penurunannya juga sangat tajam karena sudah banyak tak beroperasi,” ungkapnya.
Untuk tren penjualan BBM korporat Pertamina dalam kurun waktu yang sama, pernjualan rata-rata harian BBM industri turun sebesar 3,18 persen dibandingkan dengan Januari – Februari 2020.
Adapun untuk penjualan aviasi termasuk transaksi concodelco rata-rata hariannya turun sebesar 45 persen dibandingkan dengan Januari – Februari lalu.
Sumber Bisnis, edit koranbumn