Tahun ini, PT Aneka Tambang Tbk ( ANTAM) masih berfokus untuk melanjutkan dan menyelesaikan proyek-proyek hilirisasi. Oleh karena itu, emiten pelat merah ini akan menggunakan belanja modal atau capital expenditure (capex) untuk kegiatan tersebut.
Meski tidak menyebut angka spesifik, Senior Vice President Corporate Secretary PT Aneka Tambang Tbk Kunto Hendrapawoko mengatakan ANTAM akan mengedepankan prinsip kehati-hatian dalam belanja modal terkait dengan pelaksanaan proyek-proyek pengembangan hilirisasi.
Hilirisasi yang dimaksud adalah proyek pegembangan utama ANTAM yaitu Proyek Pembangunan Pabrik Feronikel Haltim (P3FH) dan Pabrik Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Mempawah.
“Stuktur belanja modal tahun 2020, Perusahaan mengedepankan alokasi investasi untuk melanjutkan dan menyelesaikan proyek-proyek hilirisasi yang telah diinisiasi sebagai bagian dari upaya pengembangan perusahaan jangka panjang,” ujar Kunto
Kunto sedikit membocorkan mengenai proyeksi produksi ANTM tahun ini. Untuk produksi pabrik feronikel, ANTAM menargetkan produksi dan penjualan 27.000 ton nikel dalam feronikel (TNi) pada tahun ini.
Selain itu, ANTAM juga berupaya tetap menjaga stabilisasi produksi emas melalui tambang emas Pongkor dan Cibaliung pada tingkat produksi sekitar 2 ton emas per tahun.
Sebagai gambaran, ANTM membukukan pendapatan bersih sebesar Rp 32,71 trilun pada tahun lalu. Jumlah ini naik 29,44% dari realisasi penjualan tahu 2018 yang hanya Rp 25,27 triliun.
Namun, laba bersih emiten pelat merah ini justru menyusut. Pada akhir 2019, ANTAM mengempit laba bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas induk sebesar Rp 193,85 miliar atau turun 88,15% dari laba bersih tahun 2018 yang mencapai Rp 1,63 triliun.
Turunnya laba bersih penjaja logam mulia ini ditengarai akibat naiknya beberapa pos beban, salah satunya beban pokok penjualan yang pada tahun lalu melonjak 37,15% menjadi Rp 28,27 triliun.
Ke depan, Kunto bilang ANTAM akan berfokus pada efisiensi dan pengembangan bisnis. ANTAM berupaya menjaga biaya tunai operasional lebih rendah dibandingkan harga komoditas global.
“Sedangkan pengembangan hilir tetap menjadi perhatian kami di tahun 2020,” sambung dia.
Terkait pendemi Covid-19 yang sedang melanda tanah air, Kunto mengatakan ANTM tengah menghitung dan mengkaji skenario-skenario terhadap kinerja. ANTM melihat kecenderungan akan ada dampak yang mengakibatkan dilakukannya penyesuaian-penyesuaian atas jalannya operasional dan proyek hilirisasi.
Mengingat sebagian pasar komoditas ANTAM adalah pasar internasional, kondisi ini tentunya akan mempengaruhi kinerja jika pandemi masih berlangsung dalam waktu yang lama. “Kondisi ini mungkin akan mempengaruhi kinerja bisnis ANTAM terutama di kuartal I dan awal kuartal II tahun 2020 ini,” tutup dia.
Sumber kontan, edit koranbumn