PT Bursa Efek Indonesia masih menantikan adanya penawaran umum perdana saham atau initial public offering dari jajaran badan usaha milik negara serta entitas anak pada 2020.
Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia I Gede Nyoman Yetna Setya mengungkapkan telah mengantongi pipeline 28 emisi efek baru hingga, Kamis (23/4/2020). Dari jumlah itu, 18 di antaranya merupakan rencana initial public offering (IPO).
“Untuk saham sektornya beragam mulai dari agribisnis, keuangan, industri dasar, perdagangan, jasa, dan properti masih ada. Kami masih menunggu perusahaan dan anak usaha BUMN,” jelasnya dalam konferensi pers virtual, Jumat (24/4/2020).
Dia mengharapkan semua perusahaan dalam antrean atau pipeline IPO akan merealisasikan rencana tersebut. Namun, pihaknya tetap menjaga kualitas emiten baru yang melantai di BEI.
“Kami tidak hanya mengejar angka tetapi juga kualitas dan yang ada di pipeline sekarang sudah kami screening dan mendapatkan izin dari bursa sehingga hampir mendapatkan pra-efektif dari OJK,” jelasnya.
Namun, Nyoman mengaku realistis dengan kondisi saat ini. Oleh karena itu, pihaknya memperkirakan jumlah emiten baru tidak akan sebanyak pada 2018 yang mencapai 57 emiten.
“Tetapi baiknya kalau dibandingkan dengan di Asean posisi per Maret 2020 di Indonesia ada 19 emiten adalah paling tinggi,” jelasnya.
Tidak ada satupun BUMN dan entitas anak yang melantai di BEI pada 2019. Terakhir, pencatatan perdana saham dilakukan oleh PT Paphros Tbk. pada 26 Desember 2018.
Sumber Bisnis, edit koranbumn