PT ASDP Indonesia Ferry telah menyiapkan skenario terburuk apabila pandemi Covid-19 masih bertahan hingga akhir 2020. Skenario terburuk tersebut yakni menanggung kerugian sebesar Rp 478 miliar.
“Dengan skenario itu, maka dapat dilihat bahwa laba rugi menjadi rugi semua di semua skenario. Ini tidak pernah, ASDP tidak pernah rugi setelah sekian puluh tahun,” kata Direktur Utama ASDP Ira Puspadewi dalam rapat dengar pendapat (RDP) virtual dengan Komisi VI DPR di Jakarta, Rabu (29/4).
Ira menjelaskan skenario pertama, yakni jika pandemi Covid-19 bertahan dari Maret hingga Mei, maka perusahaan akan rugi Rp 68 miliar. Skenario kedua, jika pandemi masih berlangsung hingga Agustus 2020 maka perusahaan akan rugi Rp 291 miliar dan jika pandemi masih menyerang Indonesia hingga Desember 2020 maka perusahaan akan rugi Rp 478 miliar.
“Satu hal yang kami ingin sampaikan bahwa dari saldo kas akhir jika keadaan terburuk, maka ada saldo di angka Rp 818 miliar atau rasio likuiditas kami adalah Rp 236,4 di posisi paling buruk,” katanya.
Dengan rasio likuiditas tersebut, kata Ira, maka ASDP bisa bertahan hidup kurang lebih hingga pertengahan Juni 2021 apabila asumsinya perusahaan tidak mendapatkan pendapatan (cash in) sama sekali.
“Tapi saya pikir tidak terjadi kalau tidak dapat cash in sama sekali karena logistik tetap jalan,” ujarnya.
Ia juga mengurangi investasi sebesar 60 persen dari Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP). “Kami melakukan revisi terhadap prioritas investasi yang akan kami tetapkan imandatory, prirotas investasi yang memberikan ‘revenue’ (pendapatan),” katanya.
Terkait penerapan digitalisasi, yakni tiket elektronik, di Pelabuhan Ketapang, Gilimanuk dan Bakauheni sudah 100 persen, namun di Pelabuhan Merak masih harus dikondisikan. “Terkait dua hal kenapa harus digitalisasi, kami sudah menyiapkan selama satu tahun. Kita sudah tidak bisa melakukan model yang sama yaitu go show,” katanya.
Sumber Republika, edit koranbumn