Pabrikan pesawat nasional, PT Dirgantara Indonesia, hingga saat ini sudah memproduksi 431 unit pesawat.
Dari jumlah tersebut, 48 unit sudah diekspor ke berbagai negara seperti Korea Selatan, Malaysia, Vietnam, Turki dan Uni Emirat Arab.
Direktur Utama Dirgantara Indonesia, Elfien Goentoro, mengatakan pada tahun depan perseroan juga akan mengekspor 4 unit pesawat, yakni masing-masing 1 unit CN235 ke Senegal dan Nepal, dan 2 unit NC212i ke Thailand.
Dia mengungkapkan harga CN235 yang dikirim ke Senegal dijual dengan harga US$ 25 juta atau Rp 380,5 miliar, dan yang dijual ke Nepal lebih mahal yakni sekitar US$ 30 juta karena konfigurasi berbeda.
Sementara itu, dua pesawat jenis NC212i yang akan dikirim ke Thailand dibanderol dengan harga lebih murah. “Dua unit pesawat [yang dikirim ke Thailand] seharga satu pesawat CN235,” jelasnya.
Elfien mengatakan Dirgantara Indonesia juga telah memperoleh dukungan dari Lembaga Penjamin Ekspor Indonesia (LPEI) melalui National Interest Account (NIA).
Adapun perusahaan menggunakan dana sebesar Rp 345 miliar untuk digunakan sebagai modal kerja dalam mengirim pesawat ke Senegal dan Nepal. Ia berharap bisa terus mendapatkan dukungan pendanaan dari pemerintah supaya ekspor pesawat bisa meningkat.
“Mudah-mudahan ditingkatkan lagi dukungan pemerintah untuk financing [pendanaan] karena jual pesawat nggak hanya [seperti] sekedar jualan hp [handphone] yang gampang dibeli. Ini butuh pendanaan, skin financing, business model,” kata Elfien kepada para jurnalis ketika ditemui di Paviliun Indonesia, di sela-sela Pertemuan Tahunan International Monetary Fund (IMF) – World Bank (WB), hari Rabu (10/10/2018).
Sumber: Dirgantara Indonesia / Ester Christine Natalia/cnbcindonesia.com