PT Jasa Armada Indonesia Tbk. menjaga efektivitas sejumlah komponen biaya utama perseroan untuk menjaga tingkat keuntungan di tengah penyebaran COVID-19.
Jasa Armada Indonesia membukukan pendapatan Rp184,1 miliar atau tumbuh 19,52 persen secara year on year (yoy) pada kuartal I/2020. Emiten berkode saham IPCM itu mampu membukukan laba bersih Rp32,35 miliar atau naik 25,19 persen secara tahunan pada Januari 2020—Maret 2020.
Tercatat, marjin laba bersih atau net profit margin (NPM) perseroan sebesar 17,57 persen pada kuartal I/2020. Posisi itu lebih besar dari 16,78 persen periode yang sama tahun lalu.
Direktur Utama Jasa Armada Indonesia Chiefy Adi Kusmargono mengatakan perseroan mengupayakan efektivitas biaya must have yang terkait langsung dengan produksi dan pendapatan. Komponen tersebut antara lain bahan bakar minyak (BBM), biaya pegawai, dan perawatan.
Selain itu, Chiefy mengatakan perseroan juga selektif dan mengontrol komponen nice to have. Hal itu meliputi biaya rapat, perjalanan dinas, tidak melakukan rekrutmen apabila ada pegawai yang pensiun dengan mengoptimalkan SDM yang ada, biaya safari Ramadan, serta biaya lain yang tidak perlu dikeluarkan karena dampak COVID-19.
“Sampai dengan April 2020, keuangan masih tumbuh dua digit dari periode tahun sebelumnya begitu juga dari sisi produksi juga mengalami pertumbuhan. Strategi yang sama akan kami pertahankan juga di Semester II/2020,” jelasnya kepada Bisnis.com, akhir pekan lalu.
Dia menjelaskan bahwa penyebaran COVID-19 telah mematahkan sejumlah kebiasaan lama dan melahirkan skema baru. Salah satunya koordinasi, monitoring, serta evaluasi kinerja operasi melalui IPCM Microsoft Team, e-office, e-performance apprasial, marine operating system (MOS), dan asset management operation system (AMOS).
Langkah itu, lanjut dia, tidak mengeluarkan beban biaya sama sekali. Dengan demikian, pola itu akan dilanjutkan seterusnya.
Chiefy mengungkapkan penyebaran pandemi COVID-19 juga telah menciptakan kebutuhan baru. Salah satunya penguatan dan pengembangan information communication technology (ICT).
“Dengan work from home dibuat aturan resmi maka juga membuat cost effectiveness dari sisi biaya konsumsi, listrik, air, dan umum lainnya,” imbuhnya.
Sumber Bisnis, edit koranbumn