PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. berencana mencairkan pinjaman siaga atau standby loan sebesar US$1 miliar untuk mengantisipasi likuiditas yang berkurang akibat restrukturisasi kredit.
Sampai saat ini, BRI mengaku masih belum mendapat bantuan likuiditas dan subsidi dari pemerintah. Padahal, bank tersebut telah melakukan restrukturisasi kepada 2,3 juta debitur dengan baki kredit Rp 140,24 triliun selama periode 16 Maret – 26 Mei 2020.
Menurut Direktur Utama BRI Sunarso, pihaknya telah menyiapkan beberapa skenario yang diperlukan untuk mengantisipasi likuiditas jika subsidi bunga dari pemerintah belum juga cair.
“Salah satunya mencairkan pinjaman siaga atau standby loan sebesar US$1 miliar dengan bunga murah,” ujar Sunarso dalam acara Virtual Halalbihalal Pemimpin Redaksi dengan Jajaran Direksi BRI, Jumat (5/6/2020).
Untuk diketahui, penerapan restrukturisasi pinjaman mencakup penundaan pembayaran pokok dan bunga maupun pengurangan bunga. Hal itu diakui BRI telahmempengaruhi likuiditas dan profitabilitas.
Skibat penundaan pembayaran angsuran pokok., penempatan dana baru pemerintah di Bank Himbara dengan suku bunga khusus juga perlu dilakukan untuk mengganti likuiditas
“Kita masih butuh dukungan karena penundaan pembayaran pokok akan mengakibatkan tidak diterimanya pembayaran nasabah pada bank artinya likuiditas berkurang,” katanya.
Secara rinci, restrukturisasi terbesar dilakukan pada sektor mikro dengan jumlah debitur sebanyak 1,158 juta debitur dengan baki debet Rp56,07 triliun.
Selanjutnya, restrukturisasi juga dilakukan pada sektor kredit usaha rakyat (KUR) sebanyak 1,04 juta debitur dengan baki debet Rp18,67 triliun.
Restrukturisasi pada sektor ritel dilakukan pada 78.392 debitur dengan baki debet Rp57,52 triliun, sektor konsumer sebanyak 26.040 debitur dengan baki debet Rp6,77 triliun, dan menengah korporasi 43 debitur dengan baki debet Rp1,19 triliun.
Sumber Bisnis, edit koranbumn