PT Bank Mandiri (Persero) Tbk mencatat pertumbuhan kredit konsolidasi sebesar 14,20 persen dari Rp 790,5 triliun pada Maret 2019 menjadi Rp 902,7 triliun pada Maret 2020. Hal ini sejalan dengan Non Performing Loan (NPL) gross terjaga pada level 2,36 persen.
Direktur Utama Bank Mandiri Royke Tumilaar mengatakan portofolio kredit segmen wholesale (bank only) sampai Maret 2020 sebesar Rp 513 triliun atau tumbuh 17,92 persen YoY. Sedangkan pada segmen ritel (bank only) sebesar Rp 273,1 triliun, tumbuh 9,47 persen secara tahunan.
“Kami memproyeksikan dampak pandemi Covid-19 baru akan terlihat pada pencapaian kinerja kuartal II 2020,” ujarnya saat paparan virtual Bank Mandiri, Senin (8/6).
Menurutnya perseroan berupaya mengembangkan segmen UMKM di tengah pandemi Covid-19. Tercatat kredit UMKM hingga Maret 2020 sebesar Rp 89,2 triliun, tumbuh 6,90 persen secara yoy yang diberikan kepada 929 ribu pelaku UMKM. Sedangkan program Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebesar Rp 6,58 triliun atau tumbuh 27,2 persen yoy dengan jumlah penerima sebanyak 79.060 debitur.
“Saat ini kami terus berupaya menjaga kualitas aset dan bisnis karena pandemi ini sangat berpotensi memberikan dampak bagi bisnis perseroan,” ucapnya.
Royke menjelaskan perseroan berupaya menjaga kecukupan likuiditas termasuk menerbitan obligasi rupiah sebesar Rp 1 triliun dan emisi global bonds 500 juta dolar AS serta meningkatkan pengumpulan dana murah.
“Kami terus memonitor perkembangan perekonomian nasional maupun global untuk menentukan langkah-langkah berikutnya,” ucapnya.
Sumber Republika, edit koranbumn