PT Surveyor Indonesia (Persero) bekerja sama dengan PT Bureau Veritas Indonesia meluncurkan produk baru bernama Restart your Business with SIBV untuk mendukung pemulihan ekonomi Indonesia lewat implementasi kenormalan baru.
Direktur Utama Surveyor Indonesia, Dian M. Noer menjelaskan produk ini diharapkan dapat berkontribusi menghadirkan serangkaian solusi bagi pelaku industri untuk memenuhi kebutuhan sektor ekonomi sebelum kembali beroperasi untuk publik dalam kondisi new normal tersebut.
Produk ini menyediakan jasa audit dan sertifikasi yang memungkinkan pelaku industri untuk segera memulai kembali bisnis dengan cepat dalam kondisi kenormalan baru, dengan kondisi kesehatan, kebersihan, dan keamanan yang layak.
Produk ini, lanjutnya, berfokus pada tiga hal, yakni jaminan pada konsumen, pendekatan konsisten di semua lini bisnis pengguna, kondisi kerja yang aman, dan memungkinkan pelaku industri untuk mengikuti peraturan wilayah yang berlaku.
“Surveyor Indonesia juga berharap bahwa produk ini dapat turut serta mendorong kondisi new normal untuk dapat berjalan baik demi memulihkan ekonomi Indonesia,” katanya dalam webinar Restart your Business with SIBV; Embrace the New Normal, Selasa (9/6/2020).
Sementara itu, Deputi Bidang SDM, Teknologi, dan Informasi Kementerian Badan Usaha Milik Negara Alex Denni mengatakan bahwa seluruh BUMN kini memiliki tugas untuk mendorong masyarakat menuju kenormalan baru.
“Skenario new normal adalah skenario di mana perilaku disiplin masyarakat protokol keselamatan kesehatan terjadi,” ujarnya.
Dia menjelaskan, berdasarkan pemetaan kementerian, saat ini Indonesia memetakan posisi Indonesia berdasarkan dua variabel yang tidak pasti. Variabel tersebut yakni kapan vaksin ditemukan dan perilaku masyarakat.
Dari situ, maka terdapat empat zona yakni death zone, new normal, donkey man, dan longer life hope. Alex menuturkan, saat ini Indonesia berada pada posisi antara death zone dan new normal.
“Kita mungkin sekarang di border karena sebagian masyarakat sudah disiplin tapi sebagian lagi belum, tugas kita mendorong border line ke skenario new normal,” katanya.
Dia mengatakan, dalam skenario kenormalan baru, bisnis dipaksa untuk mencari cara-cara baru dan produk baru. Hal ini diperlukan untuk menyesuaikan dengan adaptasi dalam peradaban yang baru.
Sumber Bisnis, edit koranbumn