PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menurunkan peringkat dan outlook perusahaan, obligasi, dan sukuk PT Timah Tbk.
Dalam keterangan resminya, Pefindo memangkas peringkat PT Timah Tbk dari semula A+ menjadi A. Hasil penurunan peringkat yang sama juga berlaku untuk obligasi berkelanjutan I Timah dan Sukuk Ijarah Berkelanjutan I Timah.
Adapun, penurunan peringkat tersebut mencerminkan pandangan Pefindo terhadap kinerja keuangan emiten berkode saham TINS itu yang lebih lemah daripada ekspektasi.
Hal itu disebabkan marjin laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) yang lebih rendah. Selain itu penarikan utang juga lebih besar di tengah kondisi permintaan timah yang melambat akibat pandemi Covid-19.
Namun, peringkat tersebut juga masih mencerminkan posisi TINS sebagai pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) timah terbesar di Indonesia, operasional yang terintegrasi secara vertikal, dan menurunnya praktik penambangan ilegal di Indonesia.
Peringkat dibatasi oleh struktur permodalan yang moderat, proteksi arus kas yang memadai, dan eksposur Perusahaan terhadap volatilitas harga timah.
Selain itu, Pefindo juga merevisi outlook perusahaan menjadi negatif dari sebelumnya stabil. Perubahan prospek dilakukan untuk mengantisipasi penurunan EBITDA yang diakibatkan harga jual timah lebih rendah dan penurunan permintaan global.
“Kami juga memiliki keprihatinan terhadap kemampuan Perusahaan untuk membayar Obligasi dan Sukuk Seri A sebesar Rp600 miliar, yang akan jatuh tempo pada kuartal III/2020,” tulis Analis Pefindo Gifar Indra Sakti dan Samgar Effember dikutip dari keterangan resminya, Selasa (16/6/2020).
Adapun, peringkat emiten tambang pelat merah itu dapat dipangkas kembali jika kondisi pelemahan kinerja keuangan perseroan terus berlanjut dalam waktu dekat. Hal ini terutama dari aspek kemampuan proteksi arus kas dalam memenuhi kewajiban keuangan.
Peringkat juga bisa berada di bawah tekanan jika TINS secara signifikan menambah utang baru lebih besar dari ekspektasi tanpa dikompensasi oleh kinerja bisnis yang lebih baik.
Sementara itu, outlook dapat diubah menjadi stabil jika perseroan mampu memperkuat EBITDA dan meningkatkan matrik pinjaman menjadi lebih konservatif di tengah banyaknya tantangan bisnis akibat Covid-19.
Sumber Bisnis, edit koranbumn