PT BRI Ventura Investama menjelaskan ada beberapa faktor yang menjadi pertimbangan pihaknya sebelum menanamkan modal di sebuah perusahaan rintisan digital atau startup.
Chief Executive Officer (CEO) BRI Ventures Nicko Widjaja menjelaskan pasar digital Asean semakin mature atau dewasa, bila dibandingkan periode awal di 2014 lalu.
“Landscape digital saat ini masuk pada tahap survival ability jadi harus sustainable, yang penting bagi kami adalah fundamental bisnis startup itu, apakah punya value added dan memenuhi local need,” ujarnya dalam konferensi pers daring, Rabu (24/6/2020).
Sebagai pengelola dana investasi melalui program Dana Ventura, Nicko mengaku pihaknya harus dapat mengelola risiko dari dana yang akan diberikan kepada usaha rintisan.
Pengelolaan risiko ini, menurutnya, tidak hanya dengan melihat good corporate governance perusahaan, tapi juga industrinya yang sedang dijalankan.
Dia mencontohkan, industri gaya hidup yang saat ini terpukul oleh pandemi Covid-19, malah memunculkan industri yang tumbuh besar seperti kesehatan, dengan platform dagang online kebutuhan sehari-hari.
“Jadi pada saat salah satu sektor industri turun, dengan diversifikasi tentu akan terangkat. Ini upaya kami dalam menjaga dana kelolaan yang dipercayakan investor untuk disalurkan ke startup,” ujarnya.
Adapun BRI Ventures telah meluncurkan produk Dana Ventura Sembrani Nusantara, sebagai produk investasi bagi institusi pengelola dana investasi, perusahaan swasta, dan juga BUMN. Target dana yang diraup program ini diperkirakan mencapai Rp300 miliar, dan akan dikucurkan kepada UMKM rintisan teknologi dari sektor non-fintech.
Adapun sektor yang menjadi fokus utama Sembrani Nusantara adalah 5 sektor dengan sebutan EARTH, yaitu sektor Pendidikan (Education), agro-maritim (Agro-Maritime), ritel (Retail), transportasi (Transportation) dan Kesehatan (Health) di seluruh Indonesia.
Sumber Bisnis, edit koranbumn