PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI masih akan mencermati kinerja semester I/2020 yang berakhir pada Juni sebelum melakukan kajian untuk menghadapi semester II/2020.
VP Public Relations KAI Joni Martinus mengamati penyebaran kasus Covid-19 sebagai bahan pertimbangan utama dalam merumuskan strategi pada semester II/2020. Selain itu, pertimbangan selanjutnya adalah kebijakan pemerintah ke-depannya terkait dengan persyaratan perjalanan menggunakan KA.
“Kami juga akan melakukan kajian secara menyeluruh untuk menghadapi semester II/2020 terkait dengan tingkat keterisian KA Jarak Jauh, beban operasional yang juga tentunya dari sisi komersialisasinya,” jelasnya, Kamis (25/6/2020).
Sebelumnya KAI mengungkapkan hanya mampu mengumpulkan pendapatan sebesar Rp400 juta per hari khusus angkutan penumpang selama masa pandemi Covid-19.
Direktur Utama KAI Didiek Hartantyo mengatakan dampak virus tersebut mulai terasa sejak Maret 2020, yakni usai Presiden Joko Widodo mengumumkan ada dua WNI yang positif terjangkit Covid-19. Padahal, pada Januari dan Februari masih normal.
Hal tersebut semakin parah saat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi mengimbau masyarakat untuk bekerja dari rumah (work from home/WfH) pada 16 Maret 2020. Penurunan penumpang berada pada titik nadir.
Didiek menambahkan pendapatan dari angkutan penumpang mengalami penurunan hampir 93 persen. Tercatat, pendapatan angkutan penumpang hanya 7 persen dari hari-hari normal.
Dia menjelaskan pendapatan harian angkutan penumpang pada kondisi normal sebesar Rp22 miliar, sedangkan pada akhir pekan mencapai Rp26 miliar- Rp28 miliar. Hal tersebut diakuinya benar-benar memberikan dampak yang luar biasa kepada perseroan.
Sumber Bisnis, edit koranbumn