Efek pandemi tidak dapat dimungkiri berdampak hampir ke seluruh sektor industri. Salah satu yang terdampak di antaranya adalah perusahaan rintisan atau startup.
Rupanya, efek pandemi berpengaruh besar terhadap kondisi startup. Hanya 33% dari 139 startup di Indonesia yang disurvei mengaku berkondisi baik saat pandemi melanda.
“Di Mei, kondisi berubah dari yang sangat baik tinggal 33%, sedangkan yang biasa saja 24,5%, dan yang tidak baik 42,5%,” ujar Mulya Amri, Direktur Riset Katadata Insight Center, Kamis (9/7/2020).
Perubahan kondisi ini, menurut Mulya, terlihat jika dibandingkan pada bulan yang sama pada 2019. Pada Mei 2019, setidaknya ada sekitar 75% atau 74,8% mengatakan kondisinya baik, 21,6% biasa saja, sedangkan hanya 3,6% kondisinya tidak baik.
Kemudian, setengah dari startup yang disurvei mengaku mampu bertahan hingga setahun dalam kondisi pandemi seperti ini.
“Berapa lama sejak pandemi bisnis bisa bertahan, hampir 50% (mengaku) bisa bertahan sampai setahun,” lanjutnya.
Mulya menyebut ada beberapa faktor yang membuat sejumlah startup mampu bertahan di tengah pandemi.
“Ada faktor kestabilan juga. Bisnis bertahan ada beberapa faktor, bisnis model bagus di kala pandemi, ada juga perusaahaan yang punya cadangan besar, nafasnya kuat,” katanya.
Namun, ada juga segelintir startup yang rupanya tidak mampu bertahan lebih lama di masa pandemi ini.
“10% bisa bertahan kurang dari tiga bulan. 10% ini mungkin sudah tutup. Ini perusahaan-perusahaan yang sedang berjuang, mungkin ada beberapa gugur, ada yang bertahan. Misal pengurangan karyawan dan lain-lain,” ungkapnya.
139 startup yang disurvei dikumpulkan dengan metode purposive sampling dan diperoleh dari enam sektor prioritas, yakni pendidikan dan kesehatan, pertanian, logistik, pariwisata dan maritim, dan juga sektor lain, seperti ekonomi digital, marketplace, IT dan lain-lain.
Sumber Wartaekonomi, Republika edit koranbumn