PT Perusahaan Listrik Negara atau PLN (Persero) mengaku bakal terus mengimplementasikan program gasifikasi pembangkit listrik. Namun, perusahaan setrum pelat merah itu tak menutup mata. Adanya pandemi covid-19 membuka peluang adanya penyesuaian rencana.
Executive Vice President Corporate Communication and CSR PLN Agung Murdifi menyatakan, pihaknya terus berkomitmen untuk mengonversi bahan bakar minyak (BBM) pada pembangkit ke energi berbasis gas, berupa gas alam cair atau liquified natural gas (LNG).
Agung bilang, perubahan BBM ke gas bakal menurunkan biaya pokok penyediaan (BPP) listrik PLN. “Kami tegaskan akan terus berkomitmen agar program gasifikasi ini dapat terimplementasi dengan baik. Ini sangat membantu kami untuk menurunkan BPP listrik,” kata Agung
Namun, melihat adanya pandemi covid-19, Agung menyatakan bahwa tidak tertutup kemungkinan akan ada penyesuaian rencana-rencana di program tersebut. Kendati begitu, Agung belum memastikan hal tersebut, dan saat ini PLN bersama Pertamina Group masih mengejar apa yang telah ditargetkan pemerintah.
“Kami akan berupaya agar target bisa dicapai. Namun, semua ini tergantung pada kesiapan segala hal, termasuk di dalamnya kesiapan sumber daya,” sambung Agung.
Hingga saat ini, sambungnya, PLN terus melakukan pembahasan dengan Pertamina Group untuk melakukan konversi BBM ke gas. “Kami optimis program gasifikasi ini dapat berjalan,” imbuh Agung.
Untuk efektivitas pelaksanaan program gasifikasi ini, PLN bakal melakukan secara bertahap. “Dimulai dari tahap quick win, memetakan mana yang bisa dilakukan lebih dahulu untuk kemudian dilanjutkan dengan tahapan-tahapan berikutnya,” jelas Agung.
Sebagai informasi, pada 27 Februari 2020 lalu, PLN dan PT Pertamina (Persero) telah menandatangani Head of Agreement (HoA) terkait penyediaan pasokan dan pembangunan infrastruktur LNG untuk pembangkit tenaga listrik milik PLN. Pertamina selaku holding migas BUMN memandatkan subholding gas, PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) untuk menyediakan pasokan dan pembangunan infrastruktur LNG pembangkit ini.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati saat itu mengatakan, gasifikasi terhadap 52 pembangkit itu dilakukan dalam empat tahap. Tahap pertama akan merampungkan lima pembangkit di tahun ini.
Nicke bilang, total kapasitas dari 52 pembangkit tersebut berkisar di angka 1.870 Megawatt (MW). Menurut dia, pasokan gas yang diperlukan untuk gasifikasi tersebut sekitar 167 billion british thermal unit per day (BBTUD).
Program gasifikasi tersebut dimulai pada tahun ini dan ditargetkan selesai awal 2022. Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini menyampaikan dengan pengubahan dari BBM ke LNG ini, PLN bisa menghemat biaya operasi sekitar Rp 4 triliun per tahun
Zulkifli bilang, biaya operasional (opex) PLN untuk pembangkit BBM sebelumnya berkisar di angka Rp 16 triliun, dan akan berkurang menjadi Rp 12 triliun per tahun melalui gasifikasi ini. “Kami mengubah yang tadinya opex dalam bentuk BBM menjadi opex gas. Dari sisi kami penghematan Rp 4 triliun,” sebutnya.
Zulkifli memaparkan, konsumsi BBM untuk pembangkit PLN berkisar di angka 3,1 juta kilo liter (KL) per tahun. Dengan gasifikasi di 52 pembangkit ini, PLN menghemat konsumsi BBM sebanyak 2,1 juta KL.
Sumber Kontan, edit koranbumn