PT PLN (Persero) siap mendukung penyediaan listrik untuk industri pengolahan mineral atau smelter.
Sebanyak enam surat perjanjian jual beli tenaga listrik (SPJTBL) dan tujuh MoU dengan perusahaan industri smelter telah ditandatangani.
“PLN siap untuk mendukung industri pengolahan mineral karena sistem kelistrikan Indonesia saat ini dalam kondisi surplus dan andal. Semua sistem punya reserve margin yang mencukupi,” ujar Direktur Utama PT PLN (Persero) Zulkifli Zaini dalam acara peresmian proyek ketenagalistrikan strategis secara virtual, Kamis (16/7/2020).
Zulkifli memaparkan enam perusahaan yang telah menandatangani SPJBTL dengan PLN adalah PT Sebuku Iron Lateritic Ores di Provinsi Kalimantan Selatan (30 MVA), PT Parenggean Makmur Sejahtera di Provinsi Kalimantan Tengah (40 MVA), PT Ceria Nugraha Indotama di Provinsi Sulawesi Tenggara (412 MVA), PT Bintang Smelter Indonesia di Provinsi Sulawesi Tenggara (100 MVA), PT Huadi Nickel Alloy di Provinsi Sulawesi Selatan (190 MVA), dan PT Kapuas Prima Citra di Provinsi Kalimantan Tengah (2,5 MVA). Jumlah kebutuhan listriknya mencapai 774,5 MW.
Selain itu, PLN juga telah mengikat MoU dengan tujuh perusahaan smelter, yaitu PT Aneka tambang, PT Ang And Fang Brother, PT Mahkota Konaweeha, PT Dinamika Sejahtera Mandiri, PT Kalbar Bumi Perkasa, PT Gulf Mangan Grup dan PT Kobar Lamandau Mineral. Total kebutuhan listriknya diperkirakan mencapai 395 MW.
“PLN insya Allah semakin andal dan siap mempertahankan dan mengembangkan ketersediaan listrik secara continue demi mendukung perekonomian Indonesia untuk industri, seperti industri smelter, nikel, alumunium, dan lain-lain. Juga untuk bisnis, rumah tangga, dan pemerintahan,” kata Zulkifli.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan bahwa penandatanganan jual beli listrik ini adalah bentuk kerja sama yang saling membutuhkan antara PLN dan industri smelter.
“Penandatanganan jual beli ini juga menjadi bentuk dukungan PLN terhadap pertumbuhan industri di Indonesia, sekaligus meningkatkan konsumsi listrik perkapita Indonesia,” kata Arifin menambahkan.
Sumber Bisnis, edit koranbumn