Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengakui sektor hulu migas mengalami tekanan akibat dampak pandemi covid-19 dimana harga minyak dunia terjun bebas dan harga LNG turut tertekan.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto bahkan bilang kondisi tahun ini merupakan kejatuhan paling dalam bagi sektor migas selama ini. “Saya kira ini adalah kejatuhan yang paling dalam kemudian diikuti dengan pandemi Covid-19 dan diikuti tekanan konsumsi dan permintaan,” ujar Dwi dalam Konferensi Pers Virtual, Jumat (17/7).
Dwi menjelaskan, pada kuartal II tahun ini sejatinya para negara produsen minyak alias OPEC telah menyatakan komitmen pemangkasan produksi sayangnya hal tersebut belum memberi dampak signifikan.
Pasalnya, kondisi over supply atau pasokan berlebih masih terjadi. Kendati demikian, Dwi masih optimis kondisi dapat berangsur membaik di sisa tahun ini. Ada sejumlah indikator yang menurut Dwi menjadi acuan membaiknya sektor hulu migas.
“Di semester II ada perubahan supply dan demand yang cukup besar, beberapa negara cukup optimis harga minyak membaik. Saat ini Brent sudah ada di level US$ 40 per barel,” tutur Dwi.
Kondisi serupa, sebut Dwi juga terjadi pada sektor gas. Dwi mengungkapkan, sejumlah analis memperkirakan kondisi harga gas kini berangsur merangkak naik ke level US$ 4 hingga US$ 5 per MMBTU.
Asal tahu saja, sebelumnya harga LNG bahkan sempat menyentuh di bawah US$ per MMBTU. “Mulai ada peningkatan, diharapkan stabil di level US$ 6 hingga US$ 8 per MMBTU,” jelas Dwi.
Asal tahu saja, dampak pandemi covid-19 membuat SKK Migas memproyeksikan investasi sektor hulu migas tahun 2020 bakal terpangkas 16% dari target semula.
Dwi bilang sedianya investasi hulu migas ditargetkan mencapai US$ 13,83 miliar pada tahun ini. Kendati demikian terjadi penurunan sebesar US$ 2,74 miliar atau setara 26%. “Kemudian dalam diskusi kita dorong agar ada investasi tambahan dan diprediksi bisa menambah sekitar US$ 0,51 miliar sehingga outlook-nya adalah US$ 11,6 miliar,” terang Dwi.
Kendati demikian, Dwi memastikan penurunan investasi migas tanah air jauh lebih rendah dari proyeksi penurunan investasi hulu migas secara global yang diproyeksi terpangkas hingga 30%. Investasi hulu migas global awalnya diprediksi mencapai US$ 325 miliar, akibat pandemi covid-19 dan penurunan harga minyak, target ini terpangkas menjadi US$ 228 miliar.
Kendati demikian, outlook investasi hulu migas tanah air ini lebih rendah dari yang disampaikan SKK Migas pada Juni lalu yang sekitar US$ 11,8 miliar. Namun Dwi menjelaskan, bukan tidak mungkin investasi mengalami peningkatan terlebih biasanya investor akan melakukan pertimbangan-pertimbangan merujuk pada sejumlah hal seperti keekonomian, stabilitas aturan hingga iklim investasi.
Sumber Kontan, edit koranbumn