Perusahaan farmasi pelat merah PT Bio Farma (Persero) masih akan mengkaji ulang harga vaksin corona (Covid-19) yang masih akan melalui fase uji klinis tahap III pada awal Agustus mendatang.
Corporate Secretary PT Bio Farma, Bambang Heriyanto mengatakan dengan kedatangan 2.400 unit vaksin Sinovac asal China untuk Covid-19, perusahaan masih akan melakukan fase uji klinis tahap III.
Dia menyebut, fase uji klinis ini masih dihantui kemungkinan gagal sehingga perseroan belum bisa memberi kepastian harga vaksin yang akan diedarkan ke masyarakat,
“Jadi untuk harga resmi ini kami belum keluarkan yang pasti,” ujarnya saat dihubungi Bisnis, Jumat (24/7/2020).
“Jadi nanti kalau berhasil mulai vaksin pertengahan 2021, ada sekitar 180 juta jiwa atau 70 persen dari populasi melakukan dua kali penyuntikan. Itulah estimasi awal dengan harga yang beredar sebelumnya. Tapi harga itu akan sangat mungkin berubah kalau gagal, ya tidak jadi juga vaksinnya,” katanya.
Bambang memerinci vaksin Sinovac sudah dua kali lolos fase uji klinis. Pada fase tahap I, adalah fase uji coba untuk melihat perkembangan virus. Pada fase I ini juga bertujuan untuk tingkat keamanan vaksin bagi manusia. Adapun fase kedua uji klinis bertujuan untuk menguji khasiat dan efektivitas vaksin.
Fase kedua melibatkan 50 sampai 500 jiwa sebagai sukarelawan. Sementara pada uji klinis fase III, punya fungsi dan tujuan yang sama dengan fase II, hanya saja melibatkan lebih dari 2000 sample uji coba.
Tujuannya agar bisa mengukur perbedaan efektivitas antibodi yang dihasilkan setiap orang. Pada fase uji klinis tahap III ini, Bio Farma menggandeng Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran selaku penyelenggara independen dalam uji klinis. Bambang menyebut, perkiraan total anggaran selama fase uji klinis tahap III yang melibatkan banyak stakeholder ini bisa menelan anggara mencapai Rp103 miliar.
Sementara itu, Direktur Utama PT Indofarma Tbk, anak usaha Bio Farma, Arief Pramuhanto mengatakan uji klinis tahap III pada 3 Agustus 2020 mendatang. Dia juga membenarkan, harga per dosis untuk vaksin tersebut akan diputuskan oleh induk usaha mereka, yaitu Bio Farma.
“Nantinya proses uji klinisnya selama 6 bulan,” ujar Arief
Dia menambahkan, dengan demikian produksi vaksin tersebut diperkirakan mulai Maret atau April 2021 mendatang. Adapun kapasitas produksi vaksin yang mampu dihasilkan Bio Farma minimal 40 juta dosis per tahun.
“Nantinya vaksin ini akan didistribusikan oleh Indofarma [INAF] dan Kimia Farma,” sambung Arief.
Dia juga menegaskan, dua anak usaha Bio Farma ini akan mendukung pemerintah dalam mendistribusikan vaksin, terutama memberikan prioritas pada tenaga medis dan juga bantuan tercepat bagi area-area penyebaran virus yang masih merah (red zone).
sumber Bisnis, edit koranbumn