PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) optimistis pendapatan hingga akhir tahun 2020 melampaui target. Optimisme itu didasarkan pada kinerja di kuartal II 2020 yang di atas target.
Direktur Utama Bank BTN, Pahala N. Mansury, mengatakan, dalam revisi rencana bisnis bank (RBB) di tahun 2020 yang telah diserahkan ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pihaknya memproyeksikan laba bersih akan ada di kisaran Rp 1,1 triliun sampai Rp 1,2 triliun.
“Kalau kita lihat di kuartal II kita sudah bisa membukukan laba bersih Rp 768 miliar, kita optimis target bisa terlampaui,” ujarnya dalam Video Conference di Jakarta, Senin (3/8).
Optimisme tersebut muncul setelah permintaan pasar mulai menggeliat terutama untuk kredit pemilikan rumah (KPR). Walaupun belum mencapai level sebelum pandemi, pertumbuhannya disebut Pahala sudah positif.
Di sisi lain, pemerintah juga sudah melonggarkan peraturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), yang sedikit banyak akan mendorong aktivitas dan memicu permintaan kredit.
“Kami juga mendapat tambahan stimulus dari KPR SSB (subsidi selisih bunga). Ini juga akan menambah profitabilitas kita,” sambungnya.
Lalu, dari sisi pendanaan menurutnya perseroan saat ini sudah merekomposisi penggunaan dana mahal guna menekan laju biaya dana atau cost of fund (CoF).
Dalam enam bulan pertama ini, menurut catatan Bank BTN CoF sudah turun sebanyak 80 basis poin (bps). Lewat pemanfaatan digital dan peningkatan rekening tabungan diharapkan ruang penurunan CoF akan terus berlanjut hingga 30-40 bps lagi sampai dengan akhir tahun.
Sebagai gambaran, per semester I 2020 bank bersandi bursa BBTN ini mencatatkan total laba bersih sebesar Rp 768 miliar atau menurun 41,24% secara year on year (yoy).
Kendati demikian, posisi ini sudah meningkat cukup positif dibandingkan perolehan laba bersih di akhir tahun 2019 lalu yang hanya Rp 209 miliar.
Penurunan laba secara tahunan ini antara lain disebabkan belum terlalu derasnya penyaluran kredit akibat dampak Covid-19. Di sisi lain, sejak akhir 2019 Bank BTN memang terus memupuk biaya pencadangan.
Hal ini terlihat dari posisi coverage ratio yang naik drastis dari 37,87% per semester I 2019 menjadi 107,9% di akhir semester I 2020 lalu.
Sumber Kontan, edit koranbumn