Pemerintah Indonesia bersama dengan Bank Indonesia, tengah melakukan upaya untuk percepatan pemulihan ekonomi Indonesia yang pada kuartal kedua pertumbuhannya diperkirakan negatif. Adapun tindakan yang diambil pemerintah harus dapat mengantisipasi perlambatan ekonomi akibat pandemi Covid-19.
Permasalahan yang dihadapi pemerintah karena Covid-19 belakangan ini memberikan tekanan terhadap prospek ekonomi Indonesia. Tekanan ini menyebabkan pasar modal menjadi cukup fluktuatif. Kabar baik datang pasca relaksasi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pada bulan juni lalu, data matriks bisnis mulai menunjukan potensi pemulihan yang berkelanjutan.
Komitmen berani dan kuat dari pemerintah melalui kebijakan fiskal dan sikap moneter akomodatif dari Bank Sentral juga memberi ruang perbaikan untuk ekonomi nasional. Namun, akar masalah penyebab krisis, pandemi Covid-19, masih berlanjut. Isu geopolitik dunia, trade dispute antara Amerika Serikat dan China, dan Pemilu AS juga dapat menjadi faktor masalah yang harus diantisipasi.
Dalam laporan Danareksa tentang Prospek Ekonomi dan Pasar Modal Semester II 2020, Indonesia perlu mengantisipasi terjadinya kontraksi ekonomi pada kuartal II dan III. Menghindari resesi merupakan tantangan yang sangat sulit, walaupun di kuartal IV pertumbuhan diperkirakan mulai kembali positif.
Amir Dalimunthe selaku Head of Fixed Income PT Danareksa Sekuritas, mengatakan pemerintah sudah punya banyak program yang bagus dan pemerintah sangat serius dalam mencegah resesi. “Danareksa Sekuritas optimis jika program PEN dapat diimplementasikan secara efektif dan tepat waktu, pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III masih ada harapan untuk tidak negatif,” ungkapnya.
Penurunan IHSG sempat memberikan pengaruh juga terhadap animo perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum Perdana (IPO) saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Meskipun begitu, menurut Amir jumlah emiten masih terbilang banyak berkaca dengan situasi menantang belakangan ini. Sampai dengan 10 Juli 2020, terdapat 19 perusahaan yang berencana melakukan pencatatan saham di BEI.
Yield SUN yang mulai turun juga turut memberikan sentimen positif di pasar obligasi korporasi. Total emisi obligasi dan sukuk yang sudah tercatat di Bursa Efek Indonesia sepanjang tahun 2020 adalah 43 Emisi dari 30 Emiten senilai Rp 36,19 Triliun. Walau jumlah ini lebih sedikit dibandingkan pencapaian di periode yang sama tahun 2019, namun terlihat mulai terjadi peningkatan dibandingkan kondisi di 2Q20.
“Stimulus dari pemerintah pada sejumlah sektor bisa memberikan kepercayaan diri para emiten di sektor tersebut masuk ke pasar modal,” ujar Friderica Widyasari Dewi, CEO PT Danareksa Sekuritas.
Menurut Friderica dalam wawancara dengan Investor Juli 2020 lalu, jika program stimulus pemerintah diimplementasi secara efektif, maka peluang investasi akan tetap menarik di Indonesia. Kebijakan pemerintah dapat memberikan dukungan dalam peningkatan kegiatan ekonomi nasional dan penyerapan anggaran pemerintah yang lebih tinggi, sehingga akan berdampak positif untuk pemulihan perekonomian dan juga untuk industri pasar modal Indonesia kedepannya.
Terlebih, stimulus dan relaksasi aturan yang diberlakukan oleh pemerintah, regulator pasar modal maupun SRO hingga saat ini cukup berhasil untuk menopang indeks harga maupun mengendalikan volatilitas. Optimisme investor juga mulai mengalami peningkatan. Namun, tentu saja pergerakan pasar tidak terlepas dari perkembangan pandemi Covid-19 di Indonesia.
Friderica menggarisbawahi pentingnya realisasi dari berbagai stimulus tadi di lapangan guna mendukung kebijakan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah dan regulator terkait seperti OJK dan BI.
PT Danareksa Sekuritas optimis terhadap kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pemerintah akan memberikan hasil yang baik untuk prospek ekonomi dan kepercayaan investor. PT Danareksa Sekuritas berkomitmen untuk berperan secara strategis dan penuh waspada dalam mendukung pemerintah dalam pemulihan ekonomi nasional.
Sumber Republika, edit koranbumn