Ketua Pelaksana Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional sekaligus Menteri BUMN Erick Thohir mengungkapkan perjalanan panjang dalam upaya memproduksi vaksin covid-19. Sebelum menyelesaikan uji klinis, kata Erick, hal yang tidak kalah ialah menyiapkan produksi dan pabrik untuk vaksin tersebut.
“Kita harus memastikan kita bisa produksi dulu atau tidak. Ini bukan vaksin tapi produksi dan pabriknya dulu,” ujar Erick saat pemaparan virtual tentang vaksin di Jakarta, Jumat (7/8).
Erick menyebut induk holding BUMN farmasi, PT Bio Farma (Persero), yang memiliki kemampuan mumpuni lantaran sejak 80-an telah memproduksi berbagai macam vaksin. Bahkan, 75 persen market vaksin polio di dunia berasal dari Bio Farma.
Oleh karena itu, Erick mengatakan kesiapan kapasitas produksi vaksin covid harus dilakukan. Awalnya, kata Erick, Bio Farma sudah mampu menyiapkan kapasitas untuk produksi 100 juta vaksin. Namun jumlah tersebut belum cukup mengingat kasus covid-19 terus meningkat.
“Kapasitas 100 juta tidak cukup, maka tambah lagi 150 juta. Insya Allah Desember ini Bio Farma bisa produksi 250 juta per tahun. Ada biaya untuk membangun 150 juta (vaksin) tambahan itu Rp 1,3 triliun, kita tidak mikir balik dulu, mikir keselamatan dulu,” ucap Erick.
Erick mengatakan 250 juta vaksin memang belum cukup memenuhi kebutuhan total penduduk Indonesia. Namun, kata Erick, BUMN tidak bergerak sendiri. Swasta juga akan menyiapkan kapasitas produksi vaksin.
“Sisanya ada Kalbe Farma, Sanbe Farma, mereka bisa produksi juga,” kata Erick menambahkan.
Sumber Republika, edit koranbumn