Ketua Pelaksana Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional sekaligus Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan upaya menemukan, memproduksi, hingga mendistribusikan vaksin covid-19 akan melalui sejumlah tahap. Diharapkan vaksin ini dapat menghentikan pandemi Covid-19 yang berlangsung sejak awal tahun ini.
Tahap pertama, kata Erick, pemerintah melalui induk holding BUMN farmasi, PT Bio Farma (Persero), telah meningkatkan kapasitas produksi vaksin covid hingga 250 juta vaksin per tahun pada Desember mendatang. Tahap kedua adalah mengenai vaksin itu sendiri.
Pemerintah saat ini sedang menunggu hasil uji klinis tahap ketiga vaksin Sinovac dari China oleh Bio Farma maupun vaksin merah putih yang juga sedang dikembangkan. Erick memastikan uji coba klinis tiga aman bagi masyarakat dan juga dijamin kehalalan bahan bakunya.
“Yang penting kita pastikan imunisasi tercepat dan halal, Bio Farma sudah membuat banyak vaksin halal, jangan nanti kadang-kadang karena vaksin dari China dibilang tidak halal, salah lagi,” ujar Erick saat pemaparan virtual tentang vaksin di Jakarta, Jumat (7/8).
Erick menyampaikan proses uji klinis tahap ketiga terhadap 1.620 relawan mulai akan dilakukan awal September. Apabila proses uji klinis tahap ketiga sudah selesai, Indonesia sudah mulai bisa melakukan proses suntik vaksin sebanyak 30 juta sampai 40 juta vaksin pada Januari atau Februari 2021.
Erick menyampaikan pemerintah juga membuka diri bekerja sama dengan negara lain atau swasta yang sudah terlebih dahulu menemukan vaksin. Erick mafhum jika angka tersebut masih jauh dari cukup.
Erick menyebut kapasitas imunisasi Indonesia selama ini hanya sebesar 40 juta. Sementara asumsi penduduk Indonesia sebanyak 160 juta sampai 190 juta jiwa dan asumsi jumlah dosis vaksin diperkiraan dua dosis vaksin covid per orang.
Indonesia, lanjut Erick, harus meningkatkan kapasitas imunisasi hingga 320 juta sampai 380 juta. “Karena itu kita memastikan Kemenkes, Kemendikbud, TNI, Polri, PMI harus bersatu saat imunisasi karena kapasitas kita selama ini imunisasi 40 juta per tahun tiba-tiba harus 350-380 juta setahun,” ucap Erick.
Erick menilai peningkatan kapasitas imunisasi tentu memerlukan biaya yang tidak sedikit. Erick mencontohkan apabila satu vaksin sebesar 15 dolar AS maka membutuhkan biaya hingga 4,5 miliar dolar AS untuk 300 juta vaksin.
Pemerintah, lanjut Erick, tengah mencari pendanaan, seperti misalnya sisa anggaran Kemenkes yang sebesar 2,4 miliar dolar AS. “Kita juga ada pendampaingan melekat dari kejaksaan untuk memastikan proses administrasi aman dan tidak ada celah pemain yang mau mencari keuntungan,” ucap Erick.
Erick menambahkan, distribusi vaksin nantinya dilakukan secara bertahap dengan prioritas daerah yang memiliki tingkat penyebaran covid tertinggi seperti DKI Jakarta, Jatim, Sulawesi Selatan, hingga Sumatera Utara.
“Vaksin merupakan kemenangan terdekat atau terdapat yang harus kita lakukan dan pasti nanti dengan warga merasa aman karena vaksin sudah ada, ekonomi bisa berjalan normal,” kata Erick menambahkan.
Sumber Republika, edit koranbumn