Mandiri Syariah menargetkan pertumbuhan konservatif hingga akhir tahun dipengaruhi oleh kondisi pandemi Covid-19. Direktur Utama Mandiri Syariah Toni EB Subari menyampaikan sejumlah target dalam Rencana Bisnis Bank (RBB) direvisi termasuk pertumbuhan pembiayaan, Dana Pihak Ketiga (DPK) dan laba.
“Kita tumbuh secara selektif, target-target akan sangat tergantung pada perkembangan kondisi makro,” katanya dalam paparan kinerja semester I 2020, Selasa (25/8).
Toni menargetkan laba hingga akhir tahun Rp 1,3 triliun, naik tipis dari capaian laba 2019 sebesar Rp 1,27 triliun. Pembiayaan ditargetkan tumbuh tiga persen, sama seperti target industri perbankan secara umum. Sementara DPK ditargetkan tumbuh 5-6 persen.
Toni mengatakan kondisi pencadangan diperkuat untuk menghadapi kemungkinan pemburukan hingga akhir tahun. Cash coverage per semester I 2020 tercatat 137 persen, naik dari 105 persen (yoy). Hingga akhir tahun pencadangan ditargetkan masih akan dinaikkan hingga 50 persen.
Dari sisi likuiditas, Toni menegaskan kondisi likuiditas saat ini aman dan berlebih. Posisi Dana Pihak Ketiga (DPK) pun terus tumbuh signifikan, didorong oleh pertumbuhan dana murah karena naiknya akseptasi digital banking masyarakat melalui Mobile Banking Mandiri Syariah.
Direktur IT dan Operation Mandiri Syariah, Achmad Syafii mengatakan solusi layanan digital menjadi ujung tombak Mandiri Syariah dalam memenuhi kebutuhan nasabah di masa pandemi. Ini memberikan dampak yang sangat positif bagi pertumbuhan kinerja.
“Selama masa pandemi terjadi shifting cara transaksi dari transaksi di cabang menjadi transaksi digital,” katanya.
Fee based income (FBI) layanan digital naik signifikan 35,83 persen, menjadi Rp 146,52 miliar (yoy). Kontribusi FBI layanan digital terbesar datang dari mobile banking yang melonjak 65,38 persen menjadi Rp 28,60 miliar per Juni 2020 (yoy).
Hingga Juni 2020, jumlah pengguna dan transaksi melalui Mandiri Syariah Mobile (MSM) juga terus naik mencapai 1,25 juta pengguna, naik 93,89 persen (yoy). Sementara jumlah transaksi melonjak hingga 19,49 juta transaksi.
Termasuk diantaranya untuk transaksi buka rekening online yang mencatat kenaikan yang signifikan dengan 18 ribu pembukaan rekening per bulan. Angka ini juga menunjukkan bahwa sebanyak 36 persen nasabah baru melakukan pembukaan rekening secara online.
Sumber Bisnis, edit koranbumn