Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indeks Harga Konsumen (IHK) mengalami deflasi sebesar 0,05 persen pada Agustus 2020. Deflasi pada Agustus merupakan dua kali berturut-turut setelah Juli lalu terjadi deflasi sebesar 0,10 persen.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan deflasi pada Agustus membuat laju IHK sepanjang tahun kalender mengalami inflasi sebesar 0,93 persen secara year to date (ytd).
“Jika bisa dilihat, Agustus deflasi 0,05 persen. Ini merupakan deflasi kedua tahun ini, karena pada Juli kita deflasi 0,10 persen. Pada Agustus 2020 kita juga inflasi (tahunan) 1,32 persen, lebih rendah dari bulan sebelumnya,” ujarnya saat konferensi pers virtual, Selasa (1/9).
Menurutnya, inflasi tahunan sebesar 1,32 persen pada Agustus 2020 merupakan inflasi tahunan terendah sejak Mei 2020 sebesar 1,2 persen.
“Kalau lacak kembali perkembangannya inflasi terendah dari Mei 2000 sebesar 1,2 persen,” ucapnya.
Dia menyebut inflasi rendah pada Agustus 2020 sejalan dengan melandainya laju inflasi inti. Tercatat pada Agustus inflasi inti sebesar 0,29 persen dengan andil 0,19 persen.
“Ini menunjukkan daya beli masyarakat belum pulih karena pandemi Covid-19,” ucapnya.
Dia menyebut data angka inflasi yang dikeluarkan pada bulan lalu dapat berdampak terhadap hasil pertumbuhan ekonomi sepanjang triwulan ketiga tahun ini.
“Angka-angka inilah yang akan menentukan angka pertumbuhan ekonomi kuartal III 2020,” ucapnya.
Sementara, Ekonom PT Bank Danamon Indonesia Wisnu Wardana menambahkan pihaknya melihat inflasi akan berada di bawah tiga persen, tepatnya 2,85 persen pada tahun ini.
“Risiko inflasi sampai saat ini tetap terjaga,” ucapnya.
Namun, dia mencatat sejumlah risiko ke depannya. Pertama, siklus inflasi Indonesia akan berbalik dari base effect-nya pada September mendatang, kenaikan kegiatan perdagangan di sejumlah mitra Indonesia mengambarkan tren inflasi global mulai naik.
“Per Juli 2020, inflasi global telah naik 0,4 persen dari titik terendahnya tahun ini,” ucapnya.
Sumber Republika, edit koranbummn