Emiten pertambangan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) optimistis bisnis batu bara berkalori tinggi masih prospektif pada 2020.
Sekretaris Perusahaan Bukit Asam Apollonius Andwie C. mengatakan bahwa rencana produksi batu bara kalori tinggi perseroan kemungkinan akan mengalami penyesuaian menyusul perubahan panduan produksi tahun ini.
Untuk diketahui, emiten berkode saham PTBA itu memangkas panduan produksi tahun ini dari semula sebesar 30,3 juta ton menjadi hanya sebesar 25,1 juta ton. Namun, perseroan belum menentukan panduan baru untuk produksi batu bara kalori tinggi.
Sebelumnya, PTBA menargetkan produksi batu bara kalori tinggi tahun ini sebesar 3,8 juta ton atau meningkat sekitar 10 persen dibandingkan dengan tahun lalu yang hanya sebesar 3,5 juta ton.
“Namun, prospek bisnis batu bara kalori tinggi masih cukup menjanjikan ke depannya melihat demand yang masih baik pada segmen ini. PTBA akan mencermati dengan seksama pergerakan pasar, baik itu dari sisi demand maupun harga,” ujar Apollonius kepada Bisnis, Rabu (2/9/2020).
Untuk diketahui, harga batu bara acuan atau HBA untuk periode September 2020 ditetapkan US$49,42 per ton atau turun tipis sebesar US$0,92 per ton dari harga acuan bulan sebelumnya, yakni US$50,34 per ton. Sepanjang tahun berjalan 2020, HBA telah terkoreksi 25,04 persen.
Sementara itu, harga batu bara Newcastle untuk kontrak September 2020 parkir di level US$50,25 per ton pada penutupan perdagangan Rabu (2/9/2020). Sepanjang tahun berjalan 2020, harga telah terkoreksi 29,72 persen.
Sementara itu, Bukit Asam merevisi panduan kinerja operasionalnya yang sudah ditetapkan pada awal tahun ini seiring dengan banyaknya tantangan bisnis akibat pandemi Covid-19.
Direktur Keuangan Bukit Asam Mega Satria mengatakan bahwa penyesuaian panduan kinerja tersebut seiring dengan pandemi Covid-19 yang telah menurunkan permintaan batu bara perseroan baik pasar ekspor maupun domestik.
Untuk diketahui, pada kuartal II/2020, terdapat beberapa negara tujuan ekspor perseroan menerapkan kebijakan lockdown sehingga membatasi pengiriman, sedangkan pasar domestik yang diserap oleh PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan grupnya juga melemah.
“Kami berupaya dengan penyesuaian dari volume produksi ataupun penjualan di tahun ini, tetapi dengan melakukan berbagai efisiensi, operational excellence, dan berupaya ekspansi pasar baru dapat mengurangi dampak terhadap penurunan harga sehingga kinerja dapat terjaga dengan baik,” ujar Mega, Kamis (27/8/2020).
PTBA memangkas volume produksi hingga akhir tahun ini menjadi sebesar 25,1 juta ton dari sebelumnya sebesar 30,3 juta ton. Selain itu, untuk volume penjualan batu bara menjadi sebesar 24,9 juta ton dari sebelumnya sebesar 29,9 juta ton.
Untuk target angkutan, perseroan menargetkan menjadi hanya sebesar 23 juta ton dari target sebelumnya sebesar 27,5 juta ton.
Tidak hanya itu, PTBA juga merevisi alokasi belanja modal atau capital expenditure (capex) yang sudah ditetapkan pada awal tahun ini. Mega menjelaskan bahwa hingga akhir tahun ini alokasi capex perseroan menjadi sebesar Rp2,5 triliun.
Sumber Bisnis, edit koranbumn