PT Bank Syariah Mandiri fokus pada tiga strategi sehingga dapat mempertahankan kinerjanya di tengah pandemi Covid-19.
Toni EB Subari, Direktur Utama Mandiri Syariah sekaligus Ketua Umum Perkumpulan Bank Syariah Indonesia (Asbisindo), mengatakan perlu ada strategi agar dapat bertahan di tengah pandemi. Strategi tersebut juga berfokus pada kebutuhan nasabah.
Dia mengatakan perseroan telah melakukan restrukturisasi pembiayaan kepada debitur nasabah terdampak Covid-19. Hingga 31 Agustus 2020, perseroan telah restrukturisasi pembiayaan kepada 29.000 nasabah dengan outstanding Rp7,1 triliun.
“Kami melakukan restrukturisasi untuk menjaga keberlangsungan nasabah,” katanya dalam webinar, Jumat (25/9/2020).
Dalam menghadapi pandemi Covid-19, Mandiri Syariah juga mengoptimalkan layanan dan produk digital. Perseroan memang sudah fokus melakukan pengembangan digital sejak 2018.
Saat ini digital banking telah memainkan peranan besar dalam akuisisi nasabah baru sebesar 40% dan transaksi mencapai 95% melalui digital. Sampai dengan 19 September 2020, terdapat 1,4 juta user Mandiri Syariah mobile, serta 1.500 rekening per hari dilakukan melalui aplikasi tersebut.
Sepanjang 2018-2020, transaksi e-channel telah tumbuh 67%. Per Juni 2020, transaksi mobile tumbuh 94% secara yoy, sedangkan transaksi cabang turun 36% yoy. “Tren transaksi melalui digital juga meningkatkan pendapatan fee based income (FBI) kita,” imbuhnya.
Di samping itu, perseroan memperbesar rasio dana murah atau CASA untuk menekan biaya dana. Toni mengatakan rasio CASA terus meningkat dari 53% pada Agustus 2019 menjadi 59% pada Agustus 2020.
Dari situ, perseroan berhasil mempertahankan kinerja positif memasuki kuartal III/2020. Hal ini tercermin dari perolehan laba bersih setelah pajak mencapai Rp957 miliar per Agustus 2020 atau tumbuh 26,58% secara yoy.
Sumber Bisnis, edit koranbumn