PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) memproyeksikan serapan batubara di 2020 hanya mencapai 100 juta ton.
Kepala Divisi Batubara PLN Harlen menuturkan, penurunan beban listrik jadi sebab realisasi serapan batubara tahun ini tak akan mencapai target yang ditetapkan dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP).
“Realisasi PLN dan IPP sampai dengan Agustus 68,7 juta ton,” ungkap Harlen ).
Sedianya target serapan di tahun 2020 yang ditetapkan dalam RKAP sebesar 109 juta. Alhasil realisasi hingga Agustus 2020 setara 63,02% dari target.
Kondisi penurunan beban listrik disebut Harlen juga turut mempengaruhi serapan batubara tahun depan. Pada 2021 PLN memproyeksikan serapan batubara hanya akan bertambah menjadi sekitar 103 juta.
“Ada pertumbuhan beban listrik proyeksi 2021 akan ada tambahan 3% dari proyeksi serapan tahun ini,” jelas Harlen.
Dalam catatan Kontan.co.id, semula PLN memproyeksikan kebutuhan batubara akan meningkat. Pada tahun depan, misalnya, kebutuhan diproyeksikan naik menjadi 121 juta ton dan kembali meningkat menjadi 129 juta ton pada tahun 2022. Puncaknya pada tahun 2028 kebutuhan batubara diperkirakan bakal menyentuh 153 juta ton.
Namun dengan memperhitungkan dalam covid-19 terhadap proyeksi permintaan kelistrikan, kebutuhan batubara pun diproyeksi bakal lebih mini, yakni menjadi 141,42 juta ton pada 2028. Proyeksi itu bakal tercantum dalam RUPTL baru periode 2020-2029.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat penurunan konsumsi listrik di atas 5% pada delapan sistem kelistrikan atau wilayah sepanjang semester I-2020.
Menteri ESDM Arifin Tasrif mengungkapkan, penurunan konsumsi ini terjadi sepanjang Januari 2020 hingga Juni 2020. Adapun penyebab utamanya yakni akibat pandemi covid-19.
“Konsumsi listrik Juni 2020 dibandingkan Januari 2020 mengalami penurunan 7,06%,” ungkap Arifin dalam diskusi virtual, Rabu (23/9).
Arifin merinci, delapan sistem kelistrikan yang penurunannya melampaui 5% yakni Sumbar sebesar 7,12%, Sulselra sebesar 7,68%, Bali sebesar 32,87%, Jatim sebesar 6,33%, Jateng sebesar 6,28%, Jabar sebesar 10,57%, Banten dengan penurunan mencapai 12,82% serta Disjaya dan Tangerang mencapai 5,62%.
Di sisi lain, Proyeksi PLN, sampai akhir tahun, , penjualan listrik PLN akan negatif hingga akhir 2020.
Direktur Capital dan Management PT PLN (Persero) Syofvi Felienty Roekman mengatakan, penurunan penjualan terjadi pada masa awal pandemi Covid-19 di Indonesia.
“Saya rasa tidak hanya PLN, semua utility di dunia ini mengalami kontraksi yang sangat drastis seperti yang kami rasakan. Jadi pertama Covid-19 ini terjadi di 2-3 bulan pertama demand kami turun signifikan sampai turun negatif 10 persen,” ujar Syofvi dalam diskusi virtual, Kamis (24/9).
PLN optimis, hingga akhir 2020 ini kondisi penjualan listrik PLN akan terus meningkat. Meski, masih akan negatif jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
“Kami proyeksikan hingga akhir tahun negatifnya kecil sekali, minus sekitar 0,5 persen. Tapi kami berupaya agar tetap positif. Kami punya skenario pesimis dan optimis, jadi di-range lah, kurang lebih negatif 0,5 persen sampai plus 0,5 persen,” ucap dia.
Sumber KOntan, edit koranbumn