Salah satu proyek milik Mining Industry Indonesia (MIND ID) yang terhambat adalah smelter feronikel di Halmahera Timur (Haltim). Proyek ini dikelola langsung oleh anak usaha MIND ID, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM).
Proyek ini sebenarnya sudah dimulai sejak 2017 dan memakan waktu pengerjaan konstruksi selama 30 bulan. Per Juli 2019, kemajuan proyek tersebut sudah mencapai 97%. Namun, setelahnya proyek mengalami penundaan lantaran keterlambatan suplai listrik.
Direktur Utama Aneka Tambang Dana Amin menyampaikan, saat ini pihaknya masih menjalin kerja sama dengan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) untuk memastikan ketersediaan listrik di smelter feronikel Haltim.
“Harapannya bisa segera disepakati kontrak jual-beli listrik, sedangkan pembangkitnya butuh waktu pengerjaan satu tahun,” ujar dia dalam rapat dengar pendapat (RDP) DPR RI, Selasa (29/9).
Berdasarkan materi paparan MIND ID, penyediaan listrik di smelter feronikel tersebut targetnya akan tercapai di bulan Februari 2021 mendatang. Di tahun itu pula proyek smelter tersebut rampung dan beroperasi secara komersial.
Di luar kendala listrik, saat ini pihak ANTM juga masih menyelesaikan konstruksi EPC selain pemasangan brick atau batu bata pada proyek tersebut.
Proyek smelter feronikel ini memakan biaya investasi sebesar Rp 4,03 triliun yang mana Rp 3,36 triliun di antaranya merupakan porsi pemerintah sedangkan Rp 0,68 triliun hasil dari rights issue publik yang dilakukan ANTM.
Ketika sudah beroperasi, smelter feronikel ini akan memiliki kapasitas sebesar 13.500 ton Ni, sehingga diyakini akan berperan penting dalam program hilirisasi tambang mineral yang diusung pemerintah.
“Prospek smelter feronikel di Haltim ini sangat besar, apalagi di sana juga ada kawasan industri Weda Bay. Nantinya keberadaan smelter ini juga bisa berperan dalam pengembangan ekonomi di Maluku Utara,” kata Dana Amin.
Sumber Kontan, edit koranbumn