Paku Hata, sebagian orang asing dengan nama tanaman itu. Bentuk dan teksturnya mirip rotan. Namun ternyata, tanaman yang tumbuh subur di dalam hutan ini merupakan jenis dari paku-pakuan. Di tangan Ratna Indrawati, pemilik usaha Ratna Artshop, salah satu Mitra Binaan PT. Pertamina (Persero), tanaman ini disulap menjadi aneka produk yang menawan.
Tanaman ini tumbuh subur di wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB). Orang lokal menyebutnya rumput ketak. Setelah diambil dari hutan, batang ketak lantas dijemur dan dibersihkan daunnya. Setelah kering, barulah ketak bisa diubah dengan aneka macam bentuk. Caranya yakni dengan dianyam. Mayoritas bentuk yang dibuat Ratna adalah produk dan aksesoris untuk wanita. Seperti tas, dompet, keranjang, kotak tisu dan aneka bentuk lainnya.
Bisnis ini tidak hanya menguntungkan dirinya sendiri. Namun juga untuk tetangga sekitarnya. Betapa tidak, secara tidak langsung, usaha yang berbasis di Desa Beleka, Kecamatan Praya Timur, Lombok, Nusa Tenggara Barat ini menjadi sarana peluang lapangan kerja baru di desanya. ”Jadi tetangga kami beri bahan kemudian dianyam, setelah jadi baru disetorkan kembali ke kami,” tuturnya.
Dengan metode itu, produksi anyamannya tumbuh kian pesat. Satu orang mampu menyelesaikan 20 anyaman ukuran kecil dalam satu minggu. Sedangkan untuk anyaman dengan ukuran besar, paling tidak 5 sampai 6 produk bisa dihasilkan satu orang. Untuk jumlah perajin sendiri tidak tetap, namun cukup banyak dikisaran angka 30 orang.
Harga yang dipatok Ratna dalam menjual produknya cukup variatif. Tergantung besar kecilnya barang. Serta kerumitan motif dan bentuk anyaman. Untuk produk dengan bentuk kecil, harga yang dibandrol sekitar Rp 5 – 8 ribu. Sedangkan untuk produk dengan volume besar seperti box dan keranjang ada yang dihargai sebesar Rp 1 juta.
Dengan produksi yang cukup besar, sebanding dengan omzet yang didapat di kantongi Ratna. Dalam sebulan, dirinya mampu mendapat penghasilan hingga Rp 150 juga. Besar sekali. Namun, itu saat kondisi normal. Dimasa Pandemi, keuntungannya turun drastis kurang lebih 60 persen. ”Kami siasati dengan gencar promosi secara digital dan penjualan online,” terangnya.
Salah satu masa kejayaan Ratna Artshop, nama yang diberikan untuk usahanya, yakni pada tahun 2019 lalu. Dimana bersama Pertamina, usahanya diajak untuk mengikuti ajang temu bisnis (business matching) dengan pembeli potensial asal Tiongkok dalam ajang China – ASEAN Expo di Nanning, China. Pada pameran yang digelar selama empat hari itu, Ratna mampu melakukan penjualan dengan nilai hampir Rp 1 miliar. Tepatnya sebesar Rp 881 juta. Nilai yang cukup fantastis.
Bisnis yang berbasis di Dusun Sejagad, Desa Beleka, Kel. Beleka, Kec. Praya Timut, Lombok, Nusa Tenggara Barat sudah dijalani turun temurun. Tepatnya pada tahun 1983, ayahanda Ratna memulai usaha kerajinan tangan ini. Berkat ketekunan yang dijalani, bisnis tersebut makin berkembang pesat. Kini, rumah produksi kerajinan ketak dan rotan sudah melebarkan sayap ke Pulau Dewata, Bali.
”Pabrik rotan dan ketak yang di Lombok diteruskan oleh adik saya. Sedangkan saya juga membuka toko dan rumah produksi juga di Bali. Bagi yang tertarik bisa lihat beberapa karya kami di media sosial @ratnaartshop17” tutur Ratna. Dengan begitu, makin banyak lagi orang yang kecipratan rejeki dari usaha ini. Sebab, Ratna juga memberdayakan warga sekitar di tempat tinggalnya di Bali untuk ikut menganyam ketak.
Tak hanya itu, kejayaan usaha Ratna tidak di dalam negeri saja. Produknya juga sudah menembus pasar ekspor dunia. Antara lain ke negara China, Korea, Jepang, Kanada, Filiphina dan negara lain. ”Produk ini banyak diminati orang mancanegara. Kami berharap bisa memperluas jaringan pasar ke negara lain yang belum terjangkau. Dengan bantuan Pertamina pastinya,” tutup Ratna.