Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) melakukan sejumlah upaya demi mendorong optimasi produksi minyak dan serapan gas disisa tahun ini.
Sejumlah upaya yang dilakukan diharapkan mampu mendorong peningkatan produksi minyak sebesar 2.900 barel per hari (bph). Dengan demikian outlook produksi akhir tahun pasca optimasi bakal mencapai 707,2 ribu bph.
Sementara itu, SKK Migas juga menargetkan adanya tambahan serapan gas offtaker sebesar 70 juta standar kaki kubik per hari (mmscfd). Dengan demikian outlook serapan akhir tahun mencapai 5.506 mmscfd.
Plt Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Susana Kurniasih optimistis target tambahan produksi minyak dapat tercapai di akhir tahun nanti. “Untuk target minyak optimis target bisa dicapai, apalagi planned shutdown ExxonMobil Cepu kemarin berhasil dipercepat,” ujar Susana .
Asal tahu saja, tambahan produksi sebesar 2.900 bph bersumber dari optimasi rate produksi dan percepatan planned shutdown ExxonMobil Cepu Ltd yang diharapkan mampu menambah produksi sebesar 1.200 bph.
Sebelumnya, ExxonMobil Cepu Limited pada pekan lalu telah berhasil dengan aman merampungkan Banyu Urip planned shutdown lebih cepat dua hari dari jadwal termasuk gas handling capacity upgrade, serta tie-ins proyek JTB Pertamina EP Cepu.
Selain itu, pemboran 11 sumur di Blok Rokan per kuartal IV 2020 ini diharapkan mampu menambah produksi sebesar 400 bph. SKK Migas juga mematok tambahan produksi 1.000 bph dari Pertamina EP melalui optimasi pemboran pengembangan, workover dan well intervention yang sempat tertunda karena covid dan low oil price.
Terakhir, SKK Migas dan beberapa KKKS juga menyiapkan langkah-langkah agar dapat mengeksekusi komitmen program kerja, antara lain bersama KKKS PT Bumi Siak Pusako – Pertamina Hulu untuk melakukan 13 sumur yang belum dibor, KKKS Odira Karang Agung untuk melakukan 3 work over, dan KKKS Camar Resource Canada untuk melakukan reaktifasi platform.
Kendati demikian, SKK Migas memastikan target penambahan salur gas sebesar 70 mmscfd sepenuhnya bergantung pada buyer. “Tetapi untuk gas kami tergantung dengan kemampuan penyerapan buyer. Kami berharap bisa menyerap sesuai target,” ujar Susana.
Ia memastikan sejauh ini memang belum ada konfirmasi dari buyer untuk target penambahan serapan 70 mmscfd.
Asal tahu saja, tambahan salur gas bersumber dari produksi gas dari Eni MB dan PHM yang diharapkan mampu diserap sekitar 2.3 std cargo (+21 MMSCFD), serapan gas West Natuna Transportation System (WNTS) di Q4 2020 dapat diserap oleh buyer sesuai level penyerapan di Q1 2020 (+17 MMSCFD), tambahan serapan gas di Q4 2020 sebesar 29 mmscfd untuk Grissik-Singapura serta serapan tambahan sebesar 3 mmsfcd dari Medco Malaka dengan asumsi serapan per Agustus lalu yang mencapai 40 mmscfd.
“Kalau target SKK Migas, 70 mmscfd itu bisa terserap semua. Tetapi keputusan akhirnya kan di pembeli kami tergantung mereka,” pungkas Susana.
Sumber Kontan, edit koranbumn