Di tengah pandemi Covid-19, PT Bukit Asam Tbk ( PTBA) membukukan laba bersih senilai Rp 1,7 triliun hingga kuartal ketiga 2020, turun 44% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp 3,10 triliun.
Penurunan laba bersih ini sejalan dengan penurunan pendapatan bersih Bukit Asam. Hingga September 2020, emiten pelat merah ini membukukan pendapatan bersih Rp 12,8 triliun, turun 20,94% dari realisasi pendapatan bersih di kuartal ketiga 2019 yang kala itu mencapai Rp 16,25 triliun.
Direktur Utam Bukit Asam Arviyan Arifin membeberkan, turunnya kinerja PTBA sepanjang tiga kuartal 2020 tidak terlepas dari melemahnya harga batubara dan melemahnya permintaan batubara. Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), harga batubara acuan (HBA) ini merosot sekitar 24% dari US$ 65,93 per ton pada bulan Januari 2020 menjadi US$ 49,92 per ton pada bulan September 2020.
Adapun sepanjang 9 bulan pertama 2020, volume penjualan batubara Bukit Asam turun 9% secara tahunan menjadi 18,6 juta ton.
Lebih lanjut, penurunan ini disebabkan sejumlah negara tujuan ekspor PTBA seperti China dan India, mengalami penguncian wilayah atau lockdown selama kuartal pertama dan kedua 2020. Selain itu, permintaan listrik dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) mengalami penurunan sehingga berpengaruh terhadap penjualan.
Turunnya konsumsi listrik di wilayah besar Indonesia seperti DKI Jakarta, Banten, Jawa dan Bali juga berdampak turunnya penyerapan batubara domestik.
Terlepas dari itu, Arviyan masih bersyukur perseroan masih mampu mencetak laba bersih di tengah pandemi. “Selama tiga kuartal kami masih mencetak laba bersih di dalam kondisi yang tidak mudah, di mana banyak perusahaan, baik BUMN maupun non BUMN yang kesulitan untuk bertahan. Kami berharap ke depan, ekonomi akan membaik di kuartal keempat sehingga indeks harga batubara juga membaik,” ujar Arviyan dalam paparan publik kinerja yang digelar secara virtual, Jumat (6/11).
Arviyan membeberkan, keberhasilan PTBA dalam mencetak laba juga berkat efisiensi yang dilakukan di berbagai lini, seperti melalui penerapan optimalisasi desain tambang. Selain efisiensi, emiten yang berbasis di Sumatra Selatan ini juga terus melakukan transformasi bisnis, sesuai dengan jargon yang diusung PTBA yakni Beyond Coal.
Sumber Kontan, edit koranbumn