Penundaan pengerjaan proyek akibat pandemi virus corona (Covid-19) memukul kinerja PT Wijaya Karya (WIKA). Analis memproyeksikan pertumbuhan kinerja WIKA masih lambat di tahun depan karena hingga saat ini pandemi belum juga berakhir.
Berdasarkan laporan kinerja keuangan kuartal III-2020, laba bersih WIKA merosot 96,29% secara tahunan (yoy) menjadi Rp 50,10 miliar. Sementara itu, pendapatan perusahaan juga anjlok 43,28% yoy menjadi Rp 18,3 triliun.
Direktur Indosurya Bersinar Sekuritas William Surya Wijaya mengatakan kinerja WIKA di kuartal III-2020 turun karena dampak dari penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang mengganggu jalannya pengerjaan proyek selama di kuartal II-2020. “Pandemi membuat semua pengusaha cenderung mengerem pembangunan,” kata dia, Senin (9/11).
Meski begitu secara kuartalan WIKA berhasil mengerek pendapatan sekitar 11%. Ajeng Kartika Hapsari Analis NH Korindo Sekuritas bilang, pertumbuhan kinerja secara kuartalan tersebut merupakan buah hasil usaha WIKA memperbaiki kineja saat PSBB di kuartal III-2020 menjadi lebih longgar dari kuartal sebelumnya.
Sementara itu, Ajeng mengamati WIKA masih mencatatkan gross profit margin (GPM) sebesar 7% lebih tinggi di kuartal III-2020. Angka tersebut lebih tinggi dari GPM di kuartal II-2020 yang sebesar 5%.
“Peningkatan GPM terjadi karena WIKA efektif menahan lonjakan beban pokok pendapatan,” kata Ajeng.
Seiring dengan PSBB yang lebih longgar, William memproyeksikan di kuartal IV-2020 WIKA mampu untuk catatkan pertumbuhan kinerja dari proyek yang selama ini tertunda akan lanjut digarap.
Namun, William memproyeksikan pertumbuhan kinerja WIKA , belum akan tumbuh signifikan hingga 2021. Dia pun memproyeksikan kinerja WIKA baru mulai meningkat di semester II-2021. Ini terjadi karena ketidakpastian berakhirnya pandemi.
Kompak, Rudy Setiawan, Research Analyst MNC Sekuritas, memproyeksikan belum akan ada kenaikan kinerja yang signifikan di kuartal IV-2020. Faktor yang memberatkan kinerja WIKA adalah penurunan burn rate akibat penundaan beberapa proyek yang dikerjakan WIKA.
Rudy memproyeksikan sektor konstruksi baru akan tersokong dan kinerja WIKA turut diuntungkan, bila pemerintah bisa merealisasikan untuk menerapkan Sovereign Wealth Fund (SWF).
Dengan begitu sektor konstruksi bisa terbantu dari sisi pendanaan dan investasi. Rudy memproyeksikan neraca perusahaan konstruksi akan membaik terkhusus emiten yang memiliki leverage tinggi jika kebijakan tersebut berhasil diterapkan.
Potensi kinerja WIKA dapat kembali membaik jika pendanaan infrastruktur oleh pemerintah meningkat lebih dari 40% secara tahunan di tahun depan. Tentunya dengan begitu tender proyek baru akan semakin banyak dan bisa mendongkrak pertumbuhan kontrak baru WIKA di tahun depan.
Sekedar informasi, hingga September WIKA berhasil memperoleh kontrak baru sebesar Rp 6,48 triliun. Daftar proyek yang baru saja diraih termasuk proyek irigasi rawa untuk pengembangan Food Estate di Kalimantan Tengah dan pembangunan pompa air Ancol Sentiong untuk penanggulangan banjir di Kawasan Sentiong. Manajemen mengatakan target kontrak baru di tahun ini sebesar Rp 21,37 triliun.
Sementara itu, Ajeng mencatat net dan gross gearing ratio WIKA naik menjadi 141% dan 93,7% di kuartal III-2020. “Kami mengantisipasi neraca keuangan WIKA dalam menjaga utang dan mengatur sumber pendanaan proyek sehingga rasio leverage tetap terkendali,” kata Ajeng dalam risetnya.
Sedangkan, Rudy menilai utang WIKA masih cukup aman untuk saat ini dengan DER masih terjaga di bawah 2 kali.
Di samping itu, Ajeng juga mencatat WIKA masih mampu meningkatkan arus kas operasi sebesar Rp 1,41 triliun. Hal ini didukung oleh penerimaan kas dari pelanggan yang meningkat hingga 90% secara kuartalan. Hingga akhir tahun Ajeng optimistis WIKA bisa membukukan arus kas yang positif. Sentimen positif bisa datang dari penerimaan dana segar dari proyek yang selesai di akhir tahun 2020.
Hingga akhir 2020, Ajeng masih memproyeksikan pendapatan dan laba WIKA menurun seiring kinerja di kuartal III-2020 yang di bawah prediksinya. Ajeng memproyeksikan pendapatan WIKA di 2020 menurun 44% secara tahunan ke Rp 15,22 triliun. Begitu pun laba bersih diproyeksikan turun secara tahunan menjadi Rp 379 miliar.
Sementara itu, pendapatan WIKA di 2021 Ajeng proyeksikan tumbuh 23,8% ke Rp 18,84 triliun. Sedangkan, laba bersih juga diproyeksikan tumbuh menjadi Rp 545 miliar.
Ajeng merekomendasikan overweight di target harga Rp 1.310 per saham. Sedangkan Rudy merekomendasikan beli di target harga Rp 1.350 per saham. Sementara William merekomendasikan hold di target harga Rp 1.600 per saham.
Sumber Kontan, edit koranbumn