Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga mengatakan pandemi covid-19 menjadi momentum bagi kemajuan BUMN yang bergerak di sektor perhubungan dan pariwisata. Arya tak menampik BUMN yang berada dalam sektor tersebut mengalami dampak berat akibat pandemi.
Namun, lanjut Arya, kehadiran pandemi justru memaksa BUMN-BUMN tersebut melakukan percepatan inovasi dan digitalisasi.”Di satu sisi kita manfaatkan teknologi karena ada perubahan, yang kedua, kita malah maju karena melakukan aksi korporasi dengan transformasi dengan membentuk holding pariwisata,” ujar Arya saat Webinar bertajuk “Relaksasi dan Optimalisasi Bisnis di Bandara” di Jakarta, Rabu (11/11).
Kata Arya, Kementerian BUMN saat ini memang sedang mematangkan rencana pembentukan holding pariwisata yang terdiri atas PT Survei Udara Penas, Garuda Indonesia, Angkasa Pura (AP) I dan II, AirNav, ITDC, Sarinah, Hotel Indonesia Grup, Indonesia Tourism Development Corporation ( ITDC), dan PT Taman Wisata Candi Borobudur Prambanan Ratu Boko (TWC). Arya menyampaikan Penas nantinya akan menjadi induk holding.
“Yang saat ini kami lagi godok adalah dibentuknya holding pariwisata. AP masuk di dalamnya, Garuda, AirNav, Inna, ITDC, dan TWC, dan ujungnya Sarinah yang mengelola merchandise. Induk holdingnya Penas,” ucap Arya.
Arya mengatakan pembentukan holding pariwisata merupakan bentuk dukungan pemerintah dalam transformasi bisnis BUMN di sektor pariwisata di tengah pandemi. Kata Arya, bersatunya BUMN-BUMN yang bergerak di bidang perhubungan dan pariwisata akan mendorong terjadinya supply chain yang menyeluruh dari hulu hingga ke hilir.
Arya juga menjelaskan alasan penunjukan Penas sebagai induk holding. Menurut Arya, Kementerian BUMN memang mencari perusahaan yang cukup ringan dengan tidak memiliki banyak pegawai sebagai induk holding. Dengan begitu, kata Arya, Penas bisa lebih fokus memimpin holding ketimbang BUMN lain yang mempunyai banyak pegawai dan anak usaha seperti AP dan Garuda.
“Kalau Garuda dan AP jadi induk ini sangat berat karena pegawai banyak, satu sisi urus holding sisi lain urus operasional, ini kita hindari, makanya kita cari Penas,” lanjut Arya.
Arya menambahkan, Kementerian BUMN nantinya juga akan melakukan restrukturisasi organisasi di Penas sebagai langkah awal sebelum menjadi holding. Arya mengatakan Kementerian BUMN enggan menunjuk Garuda atau AP sebagai induk holding lantaran dikhawatirkan akan membebani perusahaan tersebut. Terlebih dengan kondisi Garuda Indonesia yang saat ini sedang melakukan restrukturisasi.
“Dengan restrukturisasi yang sedang kita lakukan di Garuda, banyak perubahan di Garuda, efsisiensinya gila-gilaan. Kita berharap mudahan dua sampai tiga tahun, Garuda kembali dalam kondisi yang sehat dengan fundamental yang sangat kuat,” ungkap Arya.
Arya menambahkan, holding pariwisata tidak akan mematikan sektor usaha lain, termasuk UMKM. Kata Arya, dengan holding yang mana Sarinah berada di dalamnya, produk-produk UMKM memiliki kesempatan lebih besar untuk dipasarkan di dalam dan luar negeri mengingat Sarinah telah menjalin kerja sama dengan perusahaan retail internasional, Dufry.
“Sarinah akan menerima barang-barang UMKM, apalagi Sarinah udah MoU dengan Dufry yang punya jaringan terbesar di dunia, kesempatan bagi UMKM masuk ke internasional makin kuat,” kata Arya menambahkan.
Sumber Republika, edit koranbumn